“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal,” QS al-Hujuraat/49: 13.
Dari keragaman tersebut, masyarakat Indonesia rentan akan konflik dan masalah, dari itu masyarakat Indonesia membutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai universal agar menikmati keharmonisan hidup dalam beragama, bertetangga, berbangsa dan bernegara.
Masyarakat Indonesia butuh membenahi diri secara individu, lalu membenahi lingkungan keluarganya, kemudian memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitarnya, hal tersebut merupakan modal utama dari Islam agar mendamaikan diri dan mengharmonikan bangsa.
Membenahi diri secara individu dimulai dari aspek kesadaran, pola pemikiran dan cara pandang dalam menilai sesuatu. Pemikiran masyarakat Indonesia lebih tepatnya menggunakan pola berfikir yang moderat, cenderung memberikan solusi bukan memaksakan pendapat, mengambil jalan tengah saat ada masalah dan konflik yang terjadi sesuai tuntunan Al-Qur’an Surah al-Baqarah/2: 143:
Setelah sadar secara individu mengenai banyaknya perbedaan dan keragaman, barulah melangkah pada membenahi keluarga. Setelah itu, melangkah pada membenahi masyarakat.
Pemimpin berfungsi sebagai leader. Leader itu memimpin secara adil, mengayomi, menuntun dan terjun langsung pada masyarakat. Pada QS al-Maaidah/5: 8.
Selain pemahaman agama, pemimpin juga harus memberikan asupan pengetahuan kepada masyarakat yang mengandung nilai universal, persatuan dan kebersamaan sehingga masyarakat merasakan kedamaian dan kehidupan berbangsa menjadi harmonis.
Penulis: Muhammad Asriady/ Ikatan Dai Muda Indonesia (IDMI) Sulsel
Sumber : harianamanah.id