Selayarnews.com – Memasuki masa pendaftaran Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke KPU berbagai wacana telah muncul tentang sosok yang akan menjadi Cawapres dari Jokowi dan Prabowo.
Salah satu nama yang muncul untuk mendampingi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Pilpres 2019 adalah Ust. Abdul Somad. Munculnya nama Abdul Somad mendampingi Prabowo berdasarkan hasil ijtima ulama beberapa waktu yang lalu.
Munculnya nama Ust. Abdul Somad membuat Rakhmat Zaenal salah satu alumni Universitas Al Azhar Kairo menulis surat terbuka untuk ustadz kondang ini.
Melalui sosial media Facebooknya Penulis Buku Holocoust – Catatan Perjalanan dari dalam Israel ini menuliskan surat terbukanya.
Berikut isi surat terbuka Rakhmat Zaenal :
SURAT KEPADA SAHABAT
Sahabatku Abdul Somad …
Dengan nama Allah ….
Telah datang waktumu untuk dihisab, ditimbang dan diukur, kalau memang jalan politik mesti kau lalui.
Pengagummu mulai meriasmu, membuatmu seperti boneka manisan di Masjid Husain yang sering kau kunjungi, memakaikan baju indah dan mendudukkanmu di mesin penghitung.
Dari pendengar ceramah dan tabligh akbarmu engkau adalah angka matematis dalam menghitung suara.
Pendukungmu mulai membesarkan dirimu dengan yang bukan dirimu. Engkau bahkan dimirip-miripkan dengan Jenderal Besar kita, karena muka dan kurusmu. Lantas apa beda dirimu dengan mereka yang membagi-bagi gelar dan mencocok-cocokkan dukungannya dengan Amirul Mukminin, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan. Bahkan engkau ditahbiskan sebagai Sang Mentari, mungkin dengan maksud sebagai penerang. Mereka lupa bahwa walau matahari adalah salah satu sumber kehidupan di bumi, tapi tidak ada kehidupan di dekatnya.
Pendukungmu tidak akan melihat kekuranganmu, dan itu adalah kekuranganmu. Penyanjungmu akan membuat-buat kelebihanmu dan itu adalah perangkapmu. Karena kau dihadirkan dalam simbol.
Sahabatku …..
Ummat mendengar, memahami, tapi belum tentu mengikuti. Mereka menerima nasehat tapi kata Tuan Guru Al Gazali, hanya orang bijak yang mengambil manfaat. Agama diteriakkan, tapi kebodohan, kemiskinan dan ketidak adilan terus meraja, melangit, dan menggunung.
Penyampai dan penganjur kebaikan sangat berbeda dengan pelaksana dalam membabat kebodohan, kemiskinan dan ketidak adilan. Itulah kenapa Abu Dzar tidak diberi jabatan oleh Nabi, nabi ummat, bukan Presiden negeri. Nabi tahu bahwa ia baik hati, pemaham, pengamal dan pembela agama yang gigih tapi diyakini tidak akan tega menghukum sesama, apalagi keluarga. Dan untuk itu ia tak pernah memegang jabatan.
Pembawa pesan tidak memikul beban, tapi menjadi pemimpin adalah pengurai beban.
Sanggupkah seperti Umar yang memikul sendiri gandum karena takut akan pikulan bara siksa di hari kemudian. Atau Abubakar dan Utsman yang menolak kemewahan dengan membagi harta bendanya untuk dakwah dan pembelaan ummat. Atau Ali yang tidak gentar melawan pengibar bendera kedzaliman dari warna manapun.
Sahabatku ….
Ingatkah kisah seorang Syaikh yang memiliki jamaah hingga ribuan bahkan jutaan, tapi ketika ditangkap hanya satu setengah lelaki yang membelanya? Hanya seorang yang tegas membela, dan seorang lagi setengah lelaki yang hanya maju mundur karena memiliki niat tapi tidak memiliki keberanian yang cukup. Siapkah engkau ketika satu waktu menoleh, dan tidak ada seorangpun di belakangmu, pun mereka yang membawamu ke jalan ini.
Engkau tentu tahu bahwa di luar sini telah ramai dengan simbolmu. Dan engkau tahu betapa menipunya sebuah simbol. Seandainya kita percaya simbol baju muslim selama ramadhan dan songkok haji seusai musim haji, seharusnya tidak ada lagi maling di negeri ini.
Sahabatku ….
Apakah engkau yakin bahwa engkaulah Sang Imam Yang Ditunggu atau sekedar pion dan peluncur untuk sebuah perlawanan. Berharap menang, jauh berbeda dengan niat mengalahkan. Mencari pemimpin berbeda jauh mencari petarung. Amanah ummat tidak berakhir di pertarungan.
Sahabatku Abdul Somad ….
Dalam pilihanmu ada ummat dipertaruhkan, olehmu, denganmu, bersamamu. Tapi apapun pilihanmu adalah pilihanmu dan harus pilihanmu. Bukan pilihan tim negosiasi, tim pemenangan apalagi dorongan keluarga.
Saudaraku, engkau tahu, jabatan adalah amanah wa nadaamah (penyesalan).
Wassalam, wa yahdiekumullah …..
Akhukum fillah,
Rakhmat Zaenal
******
DA