Selayarnews-Merapi, sebagai gunung paling aktif di Indonesia kembali meletus dan menyemburkan larva dan awan Panas sejak Pkl 12.12 WIB hari ini Sabtu, (11/03).
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat, Gunung yang membatasi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah ini sedikitnya 24 kali mengeluarkan awan panas.
Dilansir Kompas.com, Tim BPPTKG sudah turun ke lapangan dengan menerbangkan drone untuk memastikan jarak luncur awan panas guguran, termasuk luasannya.
“Saat ini ada tim yang sedang melakukan pengambilan data dengan drone di sekitar lokasi untuk memastikan jarak tersebut, juga luasannya dan mudah-mudahan nanti kita dapat volumenya,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Sabtu (11/03).
BPPTKG masih menetapkan aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada tingkat Siaga (Level III). Potensi bahaya saat ini masih tetap berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 kilometer.
Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer.Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.
Sementara itu dari rejogja.com, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah menerima Laporan hinga pukul 15.00 wita, ada tiga daerah di Jawa Tengah yang terdampak erupsi Gunung Merapi. Antara lain, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Lokasi di Kabupaten Magelang meliputi Kecamatan Dukun, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Srumbung.
Hingga saat ini, Gunung Merapi yang memiliki ketinggian 2.968 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut, berada pada level III atau siaga. Potensi bahaya saat ini, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong, sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Pada sektor tenggara, meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km, dan Sungai Gendol 5 km. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Menurut catatan sejarah sebagai gunung paling aktif di Indonesia, Gunung Merapi telah meletus sebanyak 80 kali. Gunung Merapi memiliki puncak tertinggi bernama Puncak Garuda yang runtuh pada letusan tahun 2010.
Dikutip dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejarah letusan Merapi terbagi menjadi empat periode. Yaitu Pra Merapi Tua, Merapi Muda, dan Merapi Baru.
Merapi Tua merupakan periodenya aktivitas Gunung Merapi menyisakan bukit Turgo dan Plawangan, lokasinya di lereng sebelah selatan. Pada periode Merapi Muda, yang terjadi antara 8.000 sampai 2.000 tahun lalu. Periode ini menyisakan penampakan bukit Batulawan dan Gajahmungkur di sebelah lereng utara, serta Pasar Bubrah. Terakhir pada periode Merapi Baru, ditandai dengan kerucut puncak sebagai Gunung Anyar pada bekas kawah pasar Bubrah, dimulai sekitar 2000 tahun lalu.
Setelah itu, sejarah meletusnya Gunung Merapi ditemukan pada masa kolonial Belanda abad ke-17. Sejak tahun 1600-an tercatat Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata meletus 4 tahun sekali.
Antara lain, pada abad ke-19, yaitu 1768, 1822, 1849, 1872, kemudian pada abad ke-20 antara tahun 1930-1931. Kemudian erupsi besar pada 2006 yang menghancurkan dusun Kaliadem, yang membentuk bukaan kawah mengarah ke kali Gendol.
Lalu, letusan berikutnya pada tahun 2010, tepatnya pada 25 Oktober terjadi letusan eksplosif, yang menelan korban 353 orang, termasuk juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.
(Dilansir dari Berbagai Sumber/Red)