Selayarnews.com – Kesuksesan adalah akhir dari derita. Meski tak sepenuhnya, setidaknya orang-orang sukses pernah merasakan hal itu. Namun, untuk mencapai itu, jangan pernah lupa menempatkan sabar dan ikhlas, meski hanya secuil.
Karena mencapai semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kerja keras tidak cukup untuk maju. Ia perlu didampingi oleh sikap yang bernama sabar dan ikhlas. Menyakininya mungkin tak perlu, tapi untuk mencoba, kenapa tidak?.
Hal serupa di atas, bukan satu atau dua profesi saja yang mengharuskan untuk menerapkan. Seluruh profesi wajib merasakan derita, untuk sebuah bahagia di ujung akhir cerita. Termasuk profesi Anda; seorang Barista.
Terkadang, profesi yang dianggap ‘biasa’ oleh banyak orang ini membuat orang yang tak tahu berasumsi semaunya.
Sebagian dari mereka menganggap pekerjaan Barista ini tak seharusnya mengeluarkan banyak keringat, membuang-buang waktu, hingga menghabiskan banyak uang. Apalagi, sekadar untuk ahli membuat secangkir kopi yang nikmat.
Namun, bagi dia, Barista. Memberikan kopi yang mampu Anda nikmati serupa harga tertinggi yang ditawarkan kedai kopi ternama di luar negeri sana adalah kesuksesan; kebahagiaannya.
Meski upah yang diterima sangat jauh dari upah pekerja ahli semisal, para manager bank di gedung tinggi Ibu Kota yang sedikitnya dibayar tiga digit per bulan.
Para barista di Makassar mengungkap bahwa upah atau gaji yang diterima bukan alasan tepat untuk tidak menetap pada pekerjaan itu.
” Ini soal rasa, soal kebahagiaan, soal dimana ketika meracik biji-biji kopi menjadi minuman yang menenangkan dan membuat orang lain bahagia”.
Restoe Faizal misalnya. Barista 21 tahun ini rela menghabiskan banyak uang, sekadar untuk tahu lebih dalam, apa yang ada dalam secangkir minuman hitam pekat tersebut.
Rasa ingin tahu itu, membawa Ichal sapaan akrabnya berpijak pada tanah yang berbeda. Berbagai daerah telah menempatkan langkahnya. Sejumlah pintu kedai kopi telah berpasasan dengannya. Barista dari gaya ini dan sifat itu pun telah ditemuinya.
Alasannya, kata Ichal tak lebih dari mencari ilmu terbaik untuk memberikan cita rasa terbaik dalam cangkir kopi buatannya dan semua bukan sesuatu yang percuma.
Komitmen Ichal untuk tahu banyak tentang kopi, membuat ia berhasil memenangkan sejumlah lomba lokal di bidang perkopian. Namanya sering dicari banyak orang ketika menginginkan kopi yang nikmat, semisal si hitam pekat Americano.
Namun, kata dia, pencapaian tersebut belum seberapa. Ilmunya dianggap masih sangat kurang dibanding ahli kopi lainnya yang ada di Indonesia Bahkan di dunia.
“Saya terlalu nyaman di Makassar makanya, saya ingin lebih lagi. dan apapun yang terjadi di ibu kota nantinya, saya harus siap menghadapinya. Itu Pilihan,” ungkap Ichal.
Saat ini, mantan barista sejumlah kedai kopi di Makassar dan Selayar ini termasuk mantan Barista Kopita Coffe Selayar, tengah menjalani hari-harinya pada profesi serupa di Say Something Cafe, Jakarta Barat. Pilihan itu bagi dia adalah ketepatan ketika seorang Barista serupa dia menganggap kopi adalah minuman yang sulit dan perlu pembelajaran,
“Barista bukanlah pekerjaan yang mudah. Ketika meracik kopi, seorang barista harus mengaitkan beragam ilmu,” ucapnya, dengan nada suara menegaskan.
Ilmu tersebut, semisal Ilmu matematika. Ilmu ini harus dikuasai para barista ketika ingin membuat secangkir kopi baik dingin ataupun panas. Pahit atau mungkin sangat manis. Semua membutuhkan perhitungan Sebab, kata dia, pada secangkir kopi yang nikmat, berat biji kopi harus sesuai dengan standar yang ditetapkan ilmu perkopian di seluruh dunia.
“Ini yang harus dipelajari para barista. Mereka harus tahu tentang kopi sedetail mungkin. Makanya, butuh waktu lama ketika benar-benar ingin menggeluti profesi ini,”kata Ichal.
****
Sumber : Rakyatku.com