Selayarnews.com – Sinrili Bulaenna Parangia merupakan salah satu karya sastra lisan dalam masyarakat Tanete. Namun, saat ini penyampaian sinrili sudah sangat jarang dilakukan. Pasalnya, masyarakat pendukung tradisi ini yang dikenal dengan pasinrili jumlahnya semakin berkurang. Bahkan, tidak sedikit generasi muda yang tidak mengenal tradisi lisan ini.
Ketua Sanggar Seni Bulaenna Parangia Akbar Putra S. Sos mengatakan karya sastra lisan ini harus tetap kita pertahankan dan kita jaga sebagi bukti sejarah yang kita miliki saat ini.
“Regenerasi pasinrili bisa dikatakan tidak berlangsung lagi, maka dengan terbentuknya Sanggar Seni Bulaenna Parangia ini akan melakukan pelestarian terhadap budaya yang sampai hari ini masih bisa kita nikmati,” ucap Akbar saat dihubungi via telepon (20/02/2017).
Wakil Ketua DPD KNPI Kepulauan Selayar ini mengatakan, akan melakukan pengembangan dan pelestarian Sinrilik, dengan melibatkan anak-anak dari Tanete yang dianggap memiliki potensi itu.
“jadi nanti hari Rabu kita akan mendatangi SMPN 3 Bontomatene dan SMAN 1 Bontomatene untuk melakukan sosialisasi, tetapi yang kita recrut nantinya adalah siswa-siswi yang dari Tanete saja,”tambahnya.
Senada dengan Kepala Desa Tanete Iskandar mengatakan, Sanggar Seni Bulaenna Parangia ini adalah sebuah wadah yang kita bentuk untuk mengembangkan kreatifitas dan karya sastra yang dimiliki Tanete.
“jadi dengan Sanggar Seni Bulaenna Parangia yang kita bentuk ini, kita akan fokuskan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh anak muda tanete, sekaligus kita akan melestarikan budaya Tanete yaitu Sinrilik,” ujar Kepala Desa Tanete.
Sinrili Bulaenna Parangia sendiri menceritakan keberanian dan kepahlawanan Madukelleng Dg.Silasa yang diberi Gelar Bulaenna Parangia, Intanna Tonjo, Cindena Rakra, Parammatana Munteya, Jamarrukna Kassabumbung, Manikanna Butta Barro Pattolana Tanatoa dalam peperangan Melawan Pasukan Serang yang ingin menguasai Kerajaan Tanete. (Ilham)