Selayarnews– Indonesia visual art archive yang merupakan lembaga nirlaba asal Yogyakarta, sukses memproduksi Film dokumenter seputar budaya dan cerita rakyat di Selayar. Hasil karya mereka kemudian dapat dinikmati pada pemutaran film yang berlangsung Hari ini, Selasa 22/02/23 di Kantor Lurah putabangun, Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar.
Menurut Lisis, sebagai tim peneliti dari Indonesian art archive bahwa ketertarikan mereka berawal dari informasi yang diperoleh tentang Kepulauan Selayar yang mempunyai sejarah dan peradaban tua.
“awalnya saya mengetahui Selayar ini dari cerita teman-teman dan dari buku dimana di dalam situ menjelaskan kalo pulau Selayar ini adalah salah satu pulau yang mempunyai sejarah dan peradaban yang cukup lama, Selayar juga tanah berkah, pulau yang sangat positif, pulau yang sangat memberikan berkah” papar Lisis, kepada Selayarnews di pelataran kantor lurah Putabangun (22/02/23).
Ia berharap ia melakukan penelitian dan mendokumentasi kebudayaan Kepulauan Selayar dagar awet, dan dapat diwariskan kepada anak anak ke generasi selanjutnya.
Pemutaran film tentang cerita rakyat Selayar ini merupakan usaha untuk melanjutkan percakapan dan menjaring masukan dan saran dari warga masyarakat, terkait dengan cerita rakyat yang hidup di sekitar Kabupaten Kepulauan Selayar.
” Acara ini adalah buah dari kerjasama antara tim peneliti Repertoar Tana Doang, Ibu Ermawati, S.S dan rekan-rekan dari Museum Nekara Tana Doang, Noor Febriyanto dan keluarga, Komunitas Rumah Baca Saku, Kelurahan Putabangun dan Indonesian Visual Art Archive” tambahnya.
Selain karena kekayaan interaksi dan perjumpaan, keragaman ini juga ditopang oleh situasi lanskap alam, yang terdiri dari dataran, perbukitan karst dan bentang pantai serta wilayah lautan yang luas, yang memungkinkan Selayar menjadi rumah bagi beragam pengetahuan dan kisah yang berisi ingatan kolektif serta kebijaksanaan dalam menjaga keseimbangan alam.
“Bentang alam inilah yang menjadi sandaran kami dalam membuat batasan penelitian atau penelusuran. Mengingat bahwa Selayar terdiri dari kompleksitas kebudayaan yang tidak ada habisnya untuk digali, maka batasan dari penelusuran kali ini ditentukan oleh situasi bentang alam, agar setidaknya kisah-kisah yang terkumpul bisa mewakili dinamika budaya dari masyarakat di Kawasan kota dataran (Benteng dan Bontoharu), kampung tua Bitombang, Tenro (Desa Btontolempangan) Bontomatene, perbukitan dan masyarakat pesisir (Appatanah, Paraiangan, Bontosikuyu). Selain bahwa kondisi alam turut menentukan corak kisah yang lahir. ” Lanjut Lisis.
Atas dasar nilai-nilai di atas itulah, penelusuran, pendokumentasian dan penyusunan ulang kisah-kisah atau cerita rakyat dari Selayar kami lakukan. Pekerjaan ini tentu bukan usaha pertama. Berbagai usaha dan upaya yang telah dilakukan para aktivis kebudayaan, warga masyarakat dan sanggar-sanggar dokumentasi atau hasil publikasinya masih bisa kita baca dan temukan hingga hari ini. Selain itu, PPKD kabupaten kepulauan Selayar yang telah disusun juga sudah diperbarui atau sudah melalui usaha pemutakhiran di akhir tahun 2022. Sehingga kerja pendataan atas keberadaan objek pemajuan kebudayaan, sebagai amanat dari Undang-undang Pemajuan Kebudayaan, telah memudahkan kita untuk melewati tahap pemetaan awal dalam kerja panjang penelusuran ini.
Dari berbagai pemetaan, pendataan dan penulisan terkait dengan sepuluh Objek Pemajuan Kebudayaan plus Cagar Budaya, kami menaruh perhatian terutama pada praktik tradisi lisan, dan pengetahuan tradisional. Dalam tradisi lisan terdapat beberapa kategori. Dari sekian kategori ini, kami menitikberatkan pada cerita rakyat. Karena dalam cerita rakyat terdapat ingatan-ingatan kolektif, yang kelak bisa diwariskan sebagai bagian dari ekspresi kebudayaan masyarakat Selayar.
Terakhir peneliti yang tampil energik ini berharap melalui kerja dokumentasi (pengumpulan) dan penyusunan (melalui website) tersebut, kisah-kisah dan cerita rakyat masyarakat Selayar, bisa terus dihidupi dan dilanjutkan oleh generasi kini dan nanti.
” Agar kelak, kekuatan ingatan kolektif ini bisa memancing kreativitas-kreativitas yang dilakukan lintas generasi dalam meremajakan kebudayaan, memperkaya pengetahuan dan memperkuat jangkar ingatan yang menjadi benang merah dari keberagaman masyarakat Selayar. ” tutupnya. (Rr)