Oleh : Osella
Selayarnews.com – Persoalan yang selalu mengusik kita dan marak diperbincangkan seiring dengan konsep otonomi daerah hingga saat ini adalah point pendidikan. Persoalan pendidikan selalu bertambah dan rumit.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat. Sekolah adalah media untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
Dengan demikian, pembelajaran di sekolah haruslah dikelola secara terprogram berdasarkan prinsip-prinsip dan prosedur ilmiah. Apabila sekolah mampu berfungsi sebagai lembaga rekayasa pengubahan pola tingkah laku yang ampuh, maka sekolah mempunyai kedudukan dan peranan yang menentukan.
Demikian pula dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, maka proses pendidikan haruslah mampu mengembangkan sikap inovatif dan selalu meningkatkan kualitas. Paradigma baru pendidikan haruslah dituangkan dan dijabarkan dalam berbagai program pengembangan pendidikan secara bertahap dan berkelanjutan.
Sekolah dan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari rencana global, yaitu konsep global yang memengaruhi dunia. Konservatisme bukan sesuatu yang harus dipertahankan. Kita menyadari bahwa sistem pendidikan kita selama ini masih dibelit oleh paham feodalisme. Ketertutupan terhadap arus globalisasi dapat memerparah penyakit feodalisme itu dalam tubuh bangsa. Kekakuan ini niscaya suatu saat akan memunculkan culture shock. Masyarakat mengalami serbuan paham yang secara tiba-tiba menghantam keyakinan rasionalitas mereka. Contoh kecil yang berhubungan dengan persoalan ini adalah rasionalisasi terbalik dan penistaan agama.
Di Indonesia, secara formal pendidikan mempunyai dasar atau landasan yang kuat yaitu Pancasila yang merupakan dasar setiap perilaku dan kegiatan bangsa Indonesia dan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila yang pertama. Dasar pokok pendidikan itu menegaskan bahwa pendidikan itu adalah untuk mendidik manusia yang berakhlak dan berjiwa luhur. Persoalannya adalah bahwa nilai-nilai luhur (semacam kesopanan) seringkali dimapankan sebagai upaya mengiyakan kehendak kekuasaan. Semua produk undang-undang yang dibuat penguasa (DPR/DPRD) tidak dipublikasikan sebelum diterapkan. Hal ini lebih tragis lagi terjadi di daerah. Daerah-daerah yang kini sedang menuju otonomi masih didominasi ketakutan terhadap alat kekuasaan (polisi dan tentara atau pengusaha kaya yang berkolusi dengan alat kekuasaan), apatah lagi jika pengaruh rezim lama masih kental (terutama di luar Jawa).
Otonomi sesungguhnya hanya sebuah miniatur kekuasaan terpusat yang bertopeng populis. Pemilihan Bupati misalnya, masih harus menunggu persetujuan Menteri Dalam Negeri. Peristiwa di Maluku Utara adalah sebuah contoh kecil yang tidak direstui Pusat. Konsep otonomi dalam masyarakat feodal sama saja dengan upaya pematangan kultur feodalistik secara turun-temurun.
Masyarakat yang kuat mencerminkan keberhasilan pendidikan. Sebaliknya masyarakat yang lemah merupakan tanda bahwa kekuasaan tradisi (feodal, dinasti) masih kuat dalam wilayah tersebut. Kecenderungan berdirinya kerajaan baru di daerah sangat besar, terutama di daerah-daerah yang penduduknya homogen.
Pendidikan kaum tertindas menurut Syariati atau pendidikan tanpa sekolah yang dicetuskan Preire adalah alternatif terbaik untuk memberi energi kepada masyarakat, meskipun jalan ini membutuhkan martir. Sekolah bukan penjara atau gedung berpagar beton untuk mencuci otak siswa agar tunduk kepada semua petuah pengajar an sich. Sekolah adalah media yang ada di mana-mana yang berfungsi untuk menjernihkan persoalan-persoalan kita.
Tentang Penulis :
Osella adalah warga sebuah dusun yang terletak di kaki perbukitan yang hijau di Kepulauan Selayar. Osella menjalani profesi sebagai partner belajar bagi sejumlah remaja, dan kadang-kadang menulis diary untuk berbagi rasa.
Sebagai manusia yang lahir dari rahim jelata, tulisan-tulisan Osella kental dengan spektrum perlawanan. Beberapa novel pendidikannya telah diterbitkan FAM Publishing, antara lain: Passanderang Melody dan Passanderang Princess.
Saat ini Osella sedang menulis novel pendidikan lainnya yang berjudul: Passanderang Moon.