Selayarnews– Umat Buddha di Seluruh Dunia merayakan Hari Raya Waisak 2568 BE yang jatuh pada Kamis (23/5/2024). Hari Raya Waisak, ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan Keputusan Presiden Indonesia Nomor 3 tahun 1983 tanggal 19 Januari 1983.
Hampir semua orang mengetahui bahwa Hari Raya Waisak adalah hari Raya Umat Budha, namun tak banyak yang tahu sejarah dan latar belakangnya.
Hari Raya Waisak disebut juga Vesakha yang dilaksanakan oleh Umat Budha untuk memperingati kelahiran, kecerahan dan wafatnya Buddha Gotama.
Kata vesak berasal dari istilah Pāli vesākha atau Sansekerta vaiśākha untuk nama bulan Vaisakha pada kalender India kuno, yang diyakini sebagai bulan kelahiran Buddha.
Hari raya Waisak dirayakan dengan Kegiatan Meditasi, mempraktikkan delapan sila, bederma, “memandikan” rupang bayi Pangeran Siddhartha.
Waisak biasanya jatuh sekitar bulan Mei (tahun biasa) atau bulan Juni (tahun kabisat) pada waktu bulan purnama untuk memperingati tiga peristiwa penting yang secara tradisional, terjadi pada bulan yang sama dengan tahun yang berbeda, yaitu kelahiran Siddhattha Gotama di Taman Lumbinī pada tahun 623 SM, Kecerahan atau pencapaian Nibbāna oleh Siddhattha Gotama sehingga menjadi seorang Buddha di Buddhagayā (Bodhgaya) saat berusia 35 tahun pada tahun 588 SM dan Wafatnya Buddha Gotama dalam keadaan sudah mencapai Nibbāna (parinibbāna) di Kusinārā saat berusia 80 tahun pada tahun 543 SM.
Keputusan merayakan Waisak dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists – WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950.
Dalam tradisi Asia Timur, perayaan Hari Lahir Buddha biasanya terjadi sekitar waktu tradisional Waisak, sedangkan kecerahan dan wafatnya Buddha dirayakan sebagai hari raya terpisah yang terjadi pada waktu lain dalam kalender seperti Hari Bodhi dan Hari Nibbāna.
Dalam tradisi Asia Selatan, hari Waisak menandai kelahiran, kecerahan, dan wafatnya Sang Buddha. Di Indonesia, peringatan tiga peristiwa suci ini disebut sebagai “Trisuci Waisak”.
Perayaan Hari Waisak di Indonesia mengikuti keputusan WFB. Secara tradisional dipusatkan secara nasional di kompleks Candi Borobudur, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.
Rangkaian perayaan Waisak nasional secara pokok antara lain
Pengambilan air berkat dari mata air (umbul) Jumprit di Kabupaten Temanggung dan penyalaan obor menggunakan sumber api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan.
Selanjutnya, Ritual “Pindapatta”, suatu ritual pemberian dana makanan kepada para bhikkhu/biksu oleh masyarakat (umat) untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan.
Kemudian, ritual Samadhi pada detik-detik puncak bulan purnama. Penentuan bulan purnama ini adalah berdasarkan perhitungan falak, sehingga puncak purnama dapat terjadi pada siang hari.
Selain tiga upacara pokok tersebut, dilakukan pula pradaksina, pawai, serta acara kesenian. (Red)
Referensi : Wikipedia