Selayarnews.com- Penggiat pariwisata Andi Ridha Nur Afdal atau yang lebih dikenal dengan Om Ridho, salah satu Instruktur Diving Kabupaten Kepulauan Selayar, menyoroti pelaksanaan Takabonerate Island Ekspeditions (TIE) yang telah digelar secara berturut-turut selama 12 Tahun terakhir.
Melalui akun facebook pribadinya Andi Ridho, Pemilik sertifikat Kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi, sebagai “Assessor Of Coral reef ” ini menilai, adalah sebuah nilai plus jika gelaran event tahunan ini jumlah pesertanya bertambah dari tahun ke tahun, bukan sebaliknya. Bahkan Ia menilai pemberitaan tentang TIE yang seolah-olah wah, adalah pemanis di telinga.
Berikut kutipan Lengkap Tulisan Andi Ridho yang kami kutip di akun FB pribadinya (tanpa Edit).
“Terkait beberapa artikel berita yg muncul beberapa hari ini tentang Pariwisata membuat saya ingin menulis ini. Silahkan diklarifikasi jika ini salah… Setau saya event Yg sama seperti Takabonerate Island Expedition (TIE) tiap tahun dilaksanakan, evaluasi ke evaluasi terus dilaksanakan, ini sudah tahun ke 12 ke duabelas. Perjalanan yang cukup panjang. Namun mungkin yang di evaluasi hanya sebatas kelancaran kegiatan, bukan hasil apa yang diperoleh setelahnya, seberapa berhasilkah event tahunan ini menarik wisatawan luar daerah?
Oke, tidak usah yg diluar event, yg ketika event saja dulu. Sebuah nilai + jika event tahunan ini pesertanya terus bertambah bukan sebaliknya. Saya merasa artikel berita yang beredar hanya untuk menyenangkan pembaca saja, memunculkan opini kalau event tahunan ini wah banget dan akan terus dilaksanakan setiap tahun dengan kondisi demikian.
Sudah 2 kali pemilihan bupati dan 5 kepala dinas yg menjabat selama 12 kali event ini terlaksana. Yah ini bukan tentang siapa yg menjabat tapi tentang apa yang harus diperbuat. Saya acungkan 4 jempol untuk semua promosi yang terlaksana. Sy pikir berkat semua promosi, 3 maskapai itu hadir mengisi bandara H.Aroepala (KSR), namun yang bertahan hanya 2, 1 maskapai tarik diri dengan beberapa alasan, namun sy rasa kita sama sama tahu alasannya.
Dikarenakan 3 maskapai ini masuk yang sudah lebih dari cukup memudahkan untuk sampai di Selayar. Akhirnya dibukalah beberapa tempat untuk dijadikan destinasi atau tempat wisata, tidak usah saya sebutkan satu satu. Lounching disana lounching disini, jual disana jual disini, program ini, usul ini, banding sana banding sini. Dan tidak ada yang berubah. Saya kira ini terbalik, promosi dan pemasaran kencang tapi pengembangan destinasi yg dikenal luar malah gagap, ini sama saja buang buang duit. Pengembangan destinasi sy kira sudah sama sama sering didengar dengan konsep sustainable tourism dimana didalamnya ada hardware (fasilitas) dan software (manusia). Manusia yg dimaksudkan disini sudah cocok warga lokal, tapi bukan warga lokal yang ke tempat wisata yg dibuka hanya untuk berselfie lalu buang sampah.
Kembali ke 3 maskapai dan manusianya, tentunya maskapai itu hadir untuk melayani yg ingin berkunjung dan berwisata.
Dikutip dari detiknews Berita terbaru Wagub Sulsel (Bro) Andi Sudirman Sulaiman menyampaikan saat pembukaan event TIE, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mendorong Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk membuka penerbangan langsung (direct flight) rute Jakarta menuju Kabupaten Kepulauan Selayar. Tujuannya untuk meningkatkan pariwisata di Taman Nasional Takabonerate. Kenapa tidak mengatakan Kepulauan Selayar kenapa harus Takabonerate ?
Yah, mungkin sebagian akan menjawab krena yang terkenal adalah Takabonerate.
“Karena kalau Jakarta langsung (ke Selayar) dibanding ke Raja Ampat misalnya, lebih dekat ke Takabonerate. “Di sini (Kepulauan Takabonerate) ada 132 pulau. Nanti kalau bandaranya sudah lebar, sudah banyak wisatawan, pasti nanti akan meningkat intensitas pengunjungnya,” tuturnya.
Membaca berita ini langsunga seteres. Raja Ampat, turun dari bandara sorong, langsung ada kapal cepat yg tiap hari pasti jadwalnya menuju pulau pulaunya raja ampat, nah di Takabonerate.?
Takabonerate nama saja yang besar. Setiap kabupaten yg memiliki Taman Nasional berkembang pariwisatanya, seperti Wakatobi, Bunaken nah Selayar.?
Melebarmi cess. Intinya satu saja dulu,
Pesawat bisa di subsidi masa kapal untuk regular wisatawan tidak bisa.? Mending itu ongkos perevent kasi masyakat benahi kapal masyarakat, pilih saja kapal masyarakat yang layak untuk dijadikan kapal regular ke Takabonerate yg diminati diluar, lalu atur sesuai tupoksi taman nasional dan wewenang dan kebijakan PEMDA selaku pemilik daerah administrasi.
Red.