Selayarnews– Bupati Kepulauan Selayar, H. Muh. Natsir Ali, bertekad mengembalikan kejayaan kelapa sebagai “Emas Hijau” (The Green Gold) yang pernah menjadikan wilayahnya sebagai salah satu pusat perdagangan kopra terkemuka di masa kolonial.
Sejak era Hindia Belanda, Selayar dikenal sebagai penghasil kopra utama. Dalam penelitian Christiaan G. Heersink (1994) berjudul “Selayar and the Green Gold”, pulau ini dijuluki “The Green Gold” karena nilai ekonomi kelapanya yang tinggi. Meski sempat dianggap sebagai “tanaman orang malas” (Coconut for lazyman) oleh pejabat kolonial, kelapa justru menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat selama puluhan tahun.
Dalam beberapa tahun terakhir, produksi kelapa di Kabupaten Kepulauan Selayar terus mengalami penurunan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi kelapa pada 2018 mencapai 31.138 ton, tetapi turun drastis menjadi 24.348 ton pada 2019. Pada 2020 dan 2021, produksi bertahan di kisaran 24.120 ton dan 26.436 ton, kemudian turun lagi menjadi 25.124 ton pada 2022.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh usia tanaman kelapa yang sudah tua dan belum adanya program regenerasi besar-besaran.
Kondisi ini diperparah oleh minimnya peremajaan tanaman dan menurunnya minat generasi muda untuk bertani kelapa. Di beberapa wilayah seperti Kecamatan Pasilambena dan Pasimarannu, banyak petani mengeluhkan hasil panen yang terus menurun karena pohon kelapa sudah melewati masa produktifnya. Akibatnya, pendapatan petani semakin tertekan, sementara kebutuhan hidup terus meningkat.
Menanggapi masalah ini, Bupati Kepulauan Selayar, H. Muh. Natsir Ali, mencanangkan program penanaman lima juta pohon kelapa dalam lima tahun, dimulai pada 2026. Setiap desa ditargetkan menanam sekitar 2.000 bibit kelapa per tahun. Program ini tidak hanya bertujuan meregenerasi tanaman tua, tetapi juga menjadi strategi penguatan ekonomi berbasis potensi lokal.
Di sisi lain, harga kelapa di pasar nasional mengalami kenaikan signifikan, mencapai Rp20.000–Rp25.000 per butir, jauh di atas harga normal. Lonjakan ini dipicu tingginya permintaan ekspor, terutama ke China, sehingga pasokan dalam negeri berkurang. Situasi ini menjadikan kelapa kembali sebagai komoditas strategis sekaligus membuka peluang besar bagi daerah penghasil seperti Selayar.
Pemerintah Kabupaten juga mulai mengembangkan industri turunan kelapa, seperti sabut kelapa, cocopeat, dan minyak kelapa murni. Potensi ini sangat besar mengingat pada 2020, Selayar menghasilkan sekitar 65.000 butir kelapa per hari. Jika dikelola maksimal, industri turunan dapat meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada penjualan kelapa mentah.
Dengan sejarah panjang sebagai “Pulau Emas Hijau”, Selayar kini berada di titik penting. Program penanaman lima juta pohon kelapa menjadi investasi jangka panjang untuk membangkitkan kembali kejayaan kelapa sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kejayaan kelapa di masa lalu bukan sekadar kenangan, melainkan warisan yang dapat dihidupkan kembali untuk masa depan yang lebih baik.
Program ini menjadi ujian apakah Selayar bisa kembali menjadi pusat “The Green Gold”, atau justru semakin tertinggal di tengah persaingan global. Namun, tekad Nasir Ali dan peluang pasar yang terbuka memberi harapan baru bagi pulau ini.
(Red)






















