Selayarnews – Ketika senja mulai turun dan lampu-lampu jalan mulai menyala di Jl. Bonto, aroma rempah yang khas mulai menyebar di udara. Di sebuah warung sederhana, antrean mulai terbentuk. Inilah tempat yang belakangan menjadi magnet bagi pencinta kuliner di Kepulauan Selayar: Soto Banjar Jl. Bonto.
Bukan restoran besar. Tak ada papan nama mencolok atau desain interior mewah. Namun siapa sangka, dari dapur mungil di balik etalase kaca, keluar mangkuk-mangkuk soto yang hangat dan harum, membuat siapa pun yang mencicipinya ingin kembali lagi.
Soto Banjar ini disajikan dengan lontong lembut, kuah kuning bening nan gurih, suwiran ayam yang empuk, perkedel kentang, dan telur rebus. Simpel, tapi rasa yang ditawarkan jelas tak main-main. Kaya, lembut, dan menyentuh ingatan masa kecil bagi sebagian penikmatnya.
“Kuahnya ringan tapi kaya rasa. Ini soto Banjar terenak yang pernah saya coba di luar Kalimantan,” ujar Yudi, wisatawan asal Makassar yang mengaku sengaja mencari tempat ini setelah direkomendasikan temannya.
Warung ini buka setiap hari dari pukul 16.00 hingga 22.00 Wita. Tapi jangan datang terlalu malam. Di akhir pekan atau saat musim liburan, pengunjung bisa membludak hingga tempat duduk penuh dalam waktu singkat. Beberapa bahkan rela menunggu di luar atau memesan untuk dibawa pulang.

Lokasinya yang berada di tengah kota Benteng membuatnya mudah ditemukan. Tapi yang paling membuat pelanggan kembali bukan hanya soal rasa. Sambutan ramah dari penjaga warung, suasana santai khas kaki lima, dan harga yang bersahabat, menjadikan Soto Banjar Jl. Bonto lebih dari sekadar tempat makan — tapi bagian dari pengalaman berkuliner di Selayar.
Salah satu pelanggan tetap, Ibu Rahma, warga Benteng, mengatakan ia sudah langganan sejak beberapa tahun lalu.
“Setiap ada tamu dari luar daerah, pasti saya ajak ke sini. Mereka selalu senang. Tempatnya sederhana tapi makanannya luar biasa,” katanya sambil tersenyum.
Di tengah menjamurnya tempat makan modern dan kafe kekinian, Soto Banjar di Jl. Bonto tetap bertahan dengan kesederhanaannya. Ia tak perlu tampil mewah untuk membuktikan kelezatannya. Cita rasa yang jujur dan konsisten adalah resep utama yang membuatnya tetap dicari, bahkan dicintai.
Bagi siapa pun yang singgah ke Kepulauan Selayar, soto ini bukan hanya soal perut kenyang. Ia adalah cerita yang menempel di ingatan—tentang rasa, keramahan, dan kehangatan yang tak bisa dibeli dengan kemewahan.
(Red)