Selayarnews – Pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bontobangun secara tegas membantah pemberitaan yang menyebutkan dapur mereka menyajikan tempe berjamur bagi penerima manfaat. Dijelaskan bahwa foto yang beredar adalah kekeliruan, karena menunjukkan sampah sisa makanan yang sudah dibuang dan bukan makanan yang akan didistribusikan.
Sekretaris Yayasan Assoong Kabajikang Silajara, Andi Asling yang menaungi SPPG Bontobangun melalui pernyataan resminya, menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan berstandar operasional prosedur (SOP) yang ketat.
“Menjadi tidak benar dan tidak etis sama sekali jika kami membagikan makanan yang dapat merugikan penerima manfaat. Tempe yang dimaksud dalam postingan tersebut adalah sisa makanan dan sampah yang sudah berada di tempat pembuangan. Ini adalah sebuah kekeliruan yang disampaikan kepada publik,” kata Asling, Rabu (05/11/2025).
Asling menekankan bahwa SPPG Bontobangun didirikan atas semangat pengabdian sosial, bukan untuk mencari keuntungan investasi. Ia menyebut, para pemodal di yayasannya justru bahu-membahu membangun dapur mandiri dengan niat tulus untuk berbuat kebaikan.
“Program MBG ini diawasi dan dipantau dengan ketat. Secara logis, kami sebagai pengelola dan pelaku usaha pasti akan menjaga segala hal yang dapat menimbulkan masalah dan ketidakpuasan. Setiap kendala yang muncul telah memiliki manajemen tersendiri dengan pendekatan humanis sebagai solusinya,” paparnya.
Menanggapi adanya kritik yang dinilai kurang dewasa dan bijak, Asling menyatakan bahwa pengelola SPPG memilih untuk berpikir substantif dan tidak meladeni pemikiran-pemikiran negatif. Ia menilai, upaya untuk merusak program yang sudah mapan hanya berasal dari orang-orang yang tidak memiliki kepekaan sosial dan didorong oleh ego pribadi yang tidak bertanggung jawab.
“MBG bukan sekadar pemberian makan. Inilah satu-satunya program di mana 86% uang negara kembali ke rakyat. Ini adalah perjuangan pemenuhan gizi bagi anak bangsa,” ujarnya.
Dalam pernyataannya, Asling mengucapkan terima kasih kepada para “Pahlawan di dapur” yang bekerja keras dan berkeringat untuk anak negeri. Kepada para pengkritik, ia berpesan, “Terima kasih atas masukannya. Mari kita bersama-sama lebih bijak, lebih rasional, lebih dewasa dan lebih manusiawi dalam menyikapi setiap program untuk kemaslahatan bersama.”
Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan generasi emas Indonesia dengan menyingkirkan gangguan dari orang-orang yang lebih mementingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa.























