Selayarnews– Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mencatat bahwa dalam beberapa hari terakhir suhu udara di wilayah Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Kepulauan Selayar, mengalami peningkatan signifikan dengan suhu maksimum mencapai 33 hingga 35 derajat Celsius. Meski bukan tergolong ekstrem, kondisi ini dirasakan lebih panas akibat kelembapan tinggi dan angin yang cenderung lemah.
Kepala BMKG Wilayah IV Makassar, Darmawan, menjelaskan bahwa fenomena ini merupakan dampak dari gerak semu matahari yang saat ini berada di sekitar ekuator bagian selatan. Posisi ini membuat wilayah Sulawesi Selatan menerima paparan radiasi matahari lebih langsung dari biasanya. Selain itu, pengaruh angin timuran atau monsun Australia juga membawa massa udara kering dan hangat ke wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, termasuk Sulawesi Selatan.
“Kombinasi antara udara kering, langit cerah, dan kecepatan angin yang rendah membuat panas terasa lebih menyengat. Karena tidak banyak awan yang terbentuk, radiasi matahari langsung mencapai permukaan bumi secara maksimal,” terang Darmawan dalam keterangannya, Sabtu (18/10/2025).
Berdasarkan data BMKG, wilayah-wilayah seperti Makassar, Jeneponto, Bulukumba, Bantaeng, Takalar, hingga Kepulauan Selayar mengalami peningkatan suhu pada siang hari. Meskipun suhu permukaan di Kepulauan Selayar berada pada kisaran 29 hingga 32 derajat Celsius, efek panas terasa bisa lebih tinggi karena faktor kelembapan yang mencapai 80 persen.
BMKG mengimbau masyarakat agar mewaspadai dampak cuaca panas terhadap kondisi tubuh, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, ibu hamil, dan pekerja lapangan. “Kami menyarankan agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan pada pukul 10.00 hingga 16.00 WITA, yaitu saat radiasi matahari paling tinggi,” lanjutnya.
Selain itu, masyarakat diminta mengenakan pelindung diri seperti topi, payung, atau pakaian berwarna terang saat beraktivitas di luar ruangan, serta memperbanyak konsumsi air putih untuk mencegah dehidrasi. BMKG juga menegaskan agar warga tidak salah menafsirkan kondisi panas saat ini sebagai gelombang panas, karena secara ilmiah gelombang panas memiliki kriteria khusus yang tidak terpenuhi di Indonesia.
“Fenomena panas ini bersifat musiman dan umumnya berlangsung hingga awal November, sebelum kemudian perlahan menurun seiring datangnya periode hujan,” kata Darmawan.
BMKG memastikan akan terus memantau perkembangan kondisi cuaca di Sulawesi Selatan, termasuk Kepulauan Selayar, dan mengimbau masyarakat untuk selalu memperbarui informasi melalui kanal resmi BMKG. Masyarakat juga diminta tetap waspada terhadap potensi hujan lokal yang dapat terjadi pada sore atau malam hari akibat labilitas atmosfer di beberapa wilayah selatan Sulawesi.
BMKG berharap masyarakat dapat menyesuaikan aktivitas dan menjaga kesehatan di tengah suhu panas yang masih berpotensi berlanjut dalam sepekan ke depan, sembari tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak yang mungkin terjadi.
(Red)