Selayarnews– Baru memasuki hari kedua melayani program Makan Bergizi Gratis (MBG), Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pasimasunggu sudah mendapat sorotan publik di media sosial. Kritik muncul setelah menu ikan teri yang disajikan pada Jumat kemarin tampak sangat minimalis.
Menanggapi hal ini, Ketua Yayasan Assoong Kabajikang Silajara (YAKS) yang menaungi SPPG Pasimasunggu, Zubair Nasir, justru menyampaikan ucapan terima kasih. Ia menilai kritik dan saran masyarakat adalah bentuk kepedulian yang akan menjadi kontrol untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
“Dengan adanya kritik dan saran, tentunya menjadi kontrol bagi kami untuk lebih meningkatkan pengawasan internal terhadap kualitas pelayanan Makan Bergizi Gratis di setiap SPPG,” ujar Zubair.
Meski demikian, Zubair tetap memberikan apresiasi atas kreativitas dan semangat para petugas, khususnya KSPPG dan ahli gizi di Pasimasunggu, yang berani memasukkan hasil laut sebagai salah satu menu MBG. Ia menilai langkah ini patut diapresiasi karena sejauh ini baru SPPG Pasimasunggu yang berani menggunakan hasil tangkapan nelayan sebagai bahan menu, dengan tujuan meningkatkan serapan bahan baku lokal yang selama ini belum tersentuh oleh SPPG lainnya.
Pihak Yayasan memberikan catatan positif agar kreativitas olahan dan penyajian ikan teri terus ditingkatkan, misalnya dengan mengombinasikannya bersama tempe, kentang, kacang, atau bahan lain yang bisa menambah kandungan gizi sekaligus kualitas tampilan sajian.
Lebih jauh, Zubair mengingatkan bahwa ikan teri memiliki kandungan nutrisi penting yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Ikan teri kaya akan protein, kalsium, fosfor, zat besi, omega-3, serta vitamin A, D, B3, B12, dan K. Kandungan ini bermanfaat bagi kesehatan tulang, gigi, otak, jantung, hingga mencegah anemia serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Dalam kesempatan wawancara dengan Selayarnews, Zubair juga menunjukkan menu lain yang disajikan di SPPG Pasimasunggu. Pada Senin, 22 September 2025, menu yang disiapkan terdiri atas nasi putih, ayam toppa lada, tempe goreng tepung, sup kol dengan wortel, serta pisang mas sebagai buah. Tercatat hingga saat ini sebanyak 1.910 penerima manfaat telah mendapatkan layanan MBG di Pasimasunggu.
Ia menambahkan bahwa mendirikan SPPG di wilayah kepulauan bukanlah hal yang mudah. Banyak pihak sebelumnya menolak mengambil risiko karena keterbatasan akses, harga kebutuhan pokok yang tinggi, serta tantangan dalam menjaga ketersediaan bahan baku. Namun pengelola di Pasimasunggu tetap berani melangkah dengan satu keyakinan bahwa tujuan utama program ini bukan hanya soal mengejar keuntungan, melainkan bagaimana program prioritas pemerintah pusat bisa benar-benar menjangkau anak-anak di pulau.
“Menurut saya, Anak-anak kita di pulau justru yang paling membutuhkan dan akan sangat terbantu dengan program MBG ini.,” tegas Zubair.
Ia menutup dengan menegaskan bahwa pihaknya telah menyampaikan ke Jajaran pengelola SPPG bahwa kritik yang datang dari masyarakat hendaknya tidak dilihat semata-mata sebagai sorotan negatif, tetapi justru sebagai penyemangat untuk terus memperbaiki kualitas layanan.
Harapannya, program MBG di Kepulauan Selayar dapat berjalan semakin baik, dengan menu yang sehat, bergizi, sekaligus sesuai dengan kearifan lokal.
(Red)























