Selayarnews – Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kepulauan Selayar, Hisbullah Kamaruddin akhirnya angkat bicara mengenai pelatihan pengelolaan toilet pada destinasi wisata yang menuai sorotan warga.
Hisbullah menjelaskan bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh Disparbud Selayar merupakan pelatihan yang masuk dalam menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai peraturan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia 4/2022 tentang Juknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Nonfisik dan Pelayanan Kepariwisataan.
“Seluruh OPD Dinas Pariwisata dan Kebudayaan se Indonesia terdapat pelatihan pengelolaan toilet,” katanya kepada Selayarnews, rabu (23/3).
Hisbullah menyampaikan bahwa ada 7 (Tujuh) kriteria penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (Adwi) berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor 128/III/2018 tentang Penetapan Kawasan Desa Wisata Kabupaten Kepulauan Selayar. Desa yang didaftarkan harus memenuhi 7 kriteria Adwi, salah satunya ialah kebersihan toilet.
Pertama, daya tarik wisata, dimana masing-masing desa memiliki satu daya tarik wisata didalam desanya yang memiliki potensi wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai atraksi wisata, memiliki aksesibilitas dan memiliki aktivitas wisata terkenal.
“Sebagai contoh Desa Bahuluang ada “Bunging karang” atau makam karang disana,” pungkas Hisbullah.
Lebih lanjut, ia mengatakan kriteria Adwi yang kedua ialah Homestay, dimana setiap objek wisata menunjukkan keistimewaan huniannya masing-masing.
Ketiga, ada souvenir yang diusahakan tersedia pada masing-masing objek wisata, contohnya di Desa Bontomarannu yang terkenal hutan kenari di Dusun Gojang, yang menyediakan berbagai macam olahan dengan bahan dasar kenari, yang dapat diolah menjadi makanan tradisional seperti tenteng kenari, kerupuk kenari original, bolu gulung kenari. Menurutnya Ini bisa dijadikan souvenir di destinasi Puncak Tanadoang.
Toilet, menurut Hisbullah berada diurutan ke empat dalam kriteria Adwi, dimana fasilitas toilet pada masing-masing desa wisata dan objek wisata harus bersih dan layak digunakan.
“Kelima itu ada Desa Digital, masing-masing desa ditantang, bagaimana bisa menunjukkan sarana penunjang desa sebagai digitalisasi. Ke enam, Clean, Health, Safety, Environment suistainability (CHSE) masing-masing desa harus ada potensi kebersihan, kesehatan, keamanan dan kelestarian lingkungan,” pungkasnya.
Terakhir, menurutnya ada Konten Kreatif dimana masing-masing desa mempunyai video atau foto-foto kreatif yang bisa diikutsertakan dalam lomba Adwi. (AJ)























