Masa indah itu telah berlalu, sudah banyak yang telah kita NIKMATI dari bumi dan laut pulau ini. Generasi pendahulu kita telah merasakan hasil kerja keras mereka yang sampai hari ini masih dapat dan terus kita nikmati sebagai anak cucunya.
Hari ini, kita masih dapat merasakan manisnya buah JERUK Selayar. Pemandangan di pasar-pasar tradisional dihijaukan oleh buah ini. Aromanya sangat khas begitupun buahnya sangat manis terasa.
Banyak anak petani yang berhasil menjadi sarjana karena buah ini, mungkin salah satunya adalah anda. JERUK tidak saja menghasilkan generasi anak petani yang berprestasi, tetapi lebih dari itu, masyarakat Selayar bangga dengan buah JERUKNYA.
Bukti kebanggaan itu pun dapat dilihat di pintu gerbang utama kota Bentang, ya disana berdiri dengan gagahnya PATUNG JERUK yang membuat kita semua harus sepakat bahwa tanpa JERUK KITA BUKAN SELAYAR.
Paradoks dengan kondisi Selayar abad 21, dimana JERUK kita hari ini sepertinya ADA DI UJUNG MASA….
Dulu, saat saya masih kecil, setiap hari pasar, hari Rabu waktu itu, saya masih dapat menyaksikan ratusan karung kopra yang diperdagangkan. Kopra ini dipikul atau diangkut dengan kuda dari pedalaman atau pesisir Desa tempat saya tinggal. Tidak kurang 800 sampai 1000 karung kopra terjual setiap minggunya.
Kondisi serupa juga terjadi pada semua pasar tradisional yang ada di sepanjang pesisir pulau ini. Banyak diantara kita yang berhasil menjadi sarjana karena buah ini. Kopra tidak saja menghasilkan anak petani yang berprestasi, tetapi kopra selayar adalah rangkaian sejarah panjang ekonomi masyarakat pulau ini.
Jejak sejarah kelapa Selayar tercatat dalam sejarah panjang perdagangan dunia. Hari ini, saya pun tidak pernah mengenal nama , atau wajah mereka yang menanam pohon kelapa sebanyak ini, di sekitar desa saya apalagi di desa-desa lainnya.
Mereka semua adalah pahlawan bagi anak cucunya, mereka adalah pejuang dari tumbuhnya ekonomi masyarakat Selayar hari ini, mereka adalah PAHLAWAN KITA SEMUA. Jejak sejarah, dan fakta yang ada membuat kita semua sepakat bahwa TANPA KELAPA KITA BUKAN SELAYAR..
Paradoks dengan kondisi Selayar abad 21, dimana kelapa kita hari ini
sepertinya ADA DI UJUNG MASA…
Bagaimana dengan hasil laut pulau ini???
Dulu, waktu saya kecil, walaupun tidak begitu sering saya biasa juga pergi ke BAGANG (suatu alat penangkapan ikan yang menggunakan jaring dan lampu sehingga alat ini bisa digunakan untuk light fishing). Hasilnya sangat banyak, puluhan keranjang penuh dengan ikan, cumi dan sejenisnya bisa didapat oleh nelayan dalam satu malam.
Kondisi yang sama juga dialami oleh nelayan kecil, yang melaut sekedar untuk memancing ikan. Mereka juga bisa mendapatkan banyak hasil yang tentu lebih dari cukup untuk biaya kehidupan mereka.
Sama halnya dengan bila atau zero yang dulu banyak digunakan oleh masyarakat di desa saya dan juga di desa-desa pesisir yang bisa mendapatkan hasil yang melimpah. Apalagi ikan dari hasil tangkapan zero ini lebih enak rasanya dari hasil tangkapan dengan cara yang lain.
Itu semua hampir tiada lagi, satu per satu mulai ditinggalkan oleh nelayan. Hasil tangkap yang semakin hari terus menurun atau berkurang adalah dampak dari ILEGAL FISHING yang telah banyak merusak biota laut, utamanya terumbu karang. Pulau kita ini juga dikenal karena karang atol terbesar ketiga di dunia, Taman Nasional Laut Taka Bonerate. Yang tentu kita sepakat bahwa TANPA KARANG KITA BUKAN SELAYAR.
Paradoks dengan kondisi Selayar Abad 21, dimana Zero, Bagang, dan Terumbu Karang sepertinya juga ADA DI UJUNG MASA.
Hari ini SUMBER DAYA ALAM Selayar utamanya dari hasil perkebunan boleh dikata berada di ujung masa, berada di puncak produktivitas, dampaknya hasil panen mengalami penurunan drastis.
Buah kelapa masyarakat selayar semakin hari semakin menurun karena pohon kelapa masyarakat sudah berumur 40an tahun lebih, demikian juga pada tanaman perkebunan seperti cengkeh yang pernah 3 tahun tidak menghasilkan buah 2020-2022, faktor penyebabnya sama dengan kelapa, pohonnya sudah terlalu tua.
Jadi apa Harapan kita dengan kelanjutan pohon kelapa di selayar? Harapan kita semua adalah revolusi besar-besaran dengan penanaman 10jt pohon kelapa baru. Target lima tahun berikutnya petani kelapa akan berpenghasilan puluhan juta dari hasil pohon ini.
Pohon pala lebih ada harapan bagi ekonomi rumah tangga petani hari ini, tetapi tumbuhnya tidak merata di pulau selayar, mayoritas pohon pala ada di Kecamatan Bontomanai, itupun hanya dapat tumbuh di beberapa Desa seperti Bonea makmur, Bonea timur, Bontomarannu dan Bontokoraang.
Di Kecamatan Buki pohon pala ini ada tetapi tidak sebanyak di kecamatan bontomanai. Petani yang memiliki pohon ini lebih beruntung dan menjadi solusi disaat krisis ekonomi rumah tangga mereka karena satu hal, harga bunga pala sangat mahal.
Produksi pala selayar sampai hari ini belum saya dapatkan karena data yang tidak tersedia. Tetapi ada keyakinan saya bahwa produksi pala selayar belum sampai 1000 ton.
Berikutnya adalah Kemiri atau dalam bahasa selayar disebut DAMIU, Potensi besar pohon ini ada di kecamatan bontosikuyu, berbuah 1 kali dalam setahun dengan harga perkilonya dikisaran 5000/kg-6000/kg.
Data produksi kemiri selayar juga tidak tersedia. Menurut hitungan saya yang pernah berdagang kemiri juga tidak mencapai 1000 ton per tahun malah jauh lebih sedikit, dan sampai hari ini belum ada penanaman serentak terkait pohon kemiri ini.
Berikutnya JAMBU METE, data dari perusahaan Comextra Mayora tahun 2019, kunjungan terakhir saya kesana ada dikisaran 1500-1700 ton per tahun. Dengan produksi dikisaran ribuan ton per tahun boleh dikatakan Jambu Mete menempati peringkat ketiga setelah ikan dan kelapa, sayangnya sampai hari ini penanaman jambu mete tidak dilanjutkan dengan sebuah GERAKAN misalnya penanaman 1 juta pohon Jambu Mete.
Apakah Selayar butuh Produk baru dari sektor perkebunan dan pertanian, YA, masih ada banyak lahan menganggur untuk lahirnya New Produk yang cocok, dibutuhkan pasar, menambah pendapatan petani dan mampu berkelanjutan.
Itulah kisah dan cerita sumber daya alam selayar yang semuanya ada di UJUNG MASA, tanpa kesadaran dan keinginan sepenuhnya dari pemerintah dan masyarakat selayar potensi ini akan habis dan berakhir dengan sendirinya, seperti cerita kapas 300 tahun yang lalu.
Di masanya kapas telah membentuk wajah pulau selayar sebagai daerah penghasil tekstil di jalur rempah dunia namun kemudian berakhir dengan sendirinya.
Semoga ikan, kelapa dan jambu mete selayar bisa bangkit kembali. karena masyarakat selayar hari ini hidupnya banyak bergantung dari ketiganya.
Kesimpulan dari tulisan kami diatas adalah:
1. Memaksimalkan produksi yang ada, agar memiliki nilai jual lebih
2. Membangun perkebunan dan pertanian selayar dari NOL dari hulu dengan sebuah GERAKAN BESAR.
3. Menghadirkan tanaman baru, New Produk yang diminati pasar, bernilai ekonomi tinggi, menambah pendapatan petani dan jaminan keberlanjutan.
Penulis : ANDI MAHMUD