Selayarnews.com – Ketua Komisi 2 DPRD Kabupaten Kepulauan Selayar, Arfianto mengulas tentang masa depan Selayar pada sektor perikanan.
Menurutnya, Selayar memiliki potensi yang besar pada sektor perikanan akan tetapi masih ada beberapa kendala yang mesti diselesaikan secara bersama. Tidak hanya dititikberatkan pada pemangku kebijakan saja tapi semua stakeholder harus terlibat untuk kemajuan Selayar di sektor perikanan.
Pertama, kita dapat melihat mengenai regulasi yang ada yakni UU no. 23 tentang pemerintah daerah bahwa kewenangan Kabupaten dilaut tidak hanya untuk perizinan dan pembuatan regulasi dan sebagainya. Tetapi kabupaten juga memiliki kewenangan dalam budidaya dan memiliki kewenangan di wilayah pengelolaan tambak dan air tawar.
Selayar mempunyai potensi yang luar biasa dari segi perikanan dan kelauatan. Jikalau kita mengamati potensi ini lalu dikelola dengan baik seharusnya ketika orang-orang di Sulsel berbicara tentang perikanan dan kelautan itu langsung mengingat Selayar.
“Selayar harus menjadi penyuplai hasil perikanan dan kelautan terbesar di Sulsel, ini yang harus di genjot terus,” kata Arfianto.
Sayangnya, beberapa kali kami melakukan kunjungn ke pusat berkaitan dengan perikanan di Selayar, “orang-orang dipengambil kebijakan itu malah belum mengetahui bahwa untuk Sulsel sebenarnya sektor kelautan kita harusnya selayar, itu yang pertama,” kata Ketua Umum DPD PKS Selayar.
Jadi, potensi selayar memang luar biasa, itu bisa menjadi sebuah kekuatan besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Bupati dan DPRD sudah sepakat bahwa pada RPJMD Kab. Kepulauan Selayar lima tahun kedepan sektor yang akan diprioritaskan adalah kelautan dan perikanan. Artinya Pemda dan DPRD sudah sepakat bahwa untuk menggerakkan roda perekonomian Selayar demi kesejahteraan harusnya memang digenjot di sektor Perikanan dan Kelauatan.
Hal itu dilakukannya dengan sebuah kesepakatan bersama dan komitmen yang sama untuk membangun Selayar kedepan. Namun demikian, kendalanya yang utama yaitu masyarakat nelayan bukan beroriantasi pada penghasilan jangka panjang tapi orientasinya instan. Artinya, mereka hanya menangkap ikan untuk kebutuhan sehari-harinya saja. Selain itu juga, alat pancing yang dia gunakan itu sederhana dan tradisional sementara yang akhirnya mengambil porsi lebih besar itu malahan orang dari luar.
Mestinya masyarakat ini terus menerus diberikan stimulan agar terdorong untuk lebih berfikir bisnis sehingga orang selayar yang akan menjadi raja didaerahnya bukan menjadi penyuplai untuk investor.
Kedua, kita harus menumbuhkan wirausahawan dari masyarakat kab. Kep. Selayar sendiri kerena selama ini memang tidak ada, coba bayangkan hampir disemua daerah kepulauan tidak ada pengusaha orang selayar yang mengelola bisnis berbasis kelautan.
Pertanyaannya, mengapa yang lain masih bisa masuk ke Selayar seperti yang dari sinjai, takalar dan lain sebagainya. Itu karena mereka punya jiwa wirausahawan. Mereka berani mengambil resiko dan modalnya dienvestasikan didunia bisnis hasil laut yang punya keuntungan lebih banyak.
Sementara nelayan kita hanya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari sehingga kalau ada kelebihannya sudah merasa puas. Akhirnya yang mengambil porsi kesejahteraan lebih banyak tersebut bukan lokal tapi dari luar.
Ketiga soal Descrutive Fishing. Pernah suatu ketika, kami didatangi masyarakat Nyiur Indah yang mengeluh mengenai kompresor lalu audiens dengan memberikan pemahaman bahwa UU perikanan jelas kompresor dilarang. Namun demikian, nelayan di Selayar tidak serta merta meninggalkan alat Kompresor karena banyak usaha lain yang membutuhkan kompresor sebenarnya.
“Ini juga kan harus ada pemahaman mengenai masyarakat didaerah tertentu jika tidak memiliki alternatif kecuali menahan kompresor. Kita harus akui nelayan di Pulau Selayar banyak yang menggunakan kompresor bukan untuk Ilegal Fishing, makanya ini perlu dicarikan jalan keluarnya,” terang Arfianto.
Untuk itu, pihaknya berharap, semua stakeholder baik Pemda maupun taman nasional dan sebagainya, harus ada upaya mendorong masyarakat yang tidak mempunyai alternatif lain selain memakai kompresor kedepannya harus ada solusi terkait masalah tersebut. Dan juga untuk sektor perikanan kelautan agar lebih didorong untuk menjadi wirausahawan disektornya serta seminimal mungkin didunia pendidikan mulai SD – SMA sudah harus ada penanaman karakter melalui mata pelajaran muatan lokal.
“Kalau bisa pada sekolah SD-SMA harus di tanamkan pada peserta didik tentang penanaman karakter dan pentingnya melestarikan terumbu karang,” tutupnya.
****
Harlin























