Selayarnews– Diskusi online bertajuk “Masih adakah bom ikan diatas meja makan kita?” telah diselenggarakan oleh Komunitas Penikmat Kopi Selayar melalui zoom meeting. Salah satu yang dibahas tentang pentingnya Pendidikan Konservasi.
Bincang-bincang soal destructive fishing itu juga turut diikuti oleh Kepala Bidang Tangkap DisKP Pemprov Sulsel, Andi Mei Agung Mappasessu, serta beberapa NGO yang berfokus pada penyelamatan lingkungan dan sumber daya alam.
Mereka adalah para aktivis yang telah banyak memberikan sumbangsih pemikiran dan tenaga dalam konservasi kelautan dan perikanan diantaranya Kamaruddin Azis (Commit Foundations), Rakhmat Zaenal (Pemerhati Sumberdaya Kelautan), Ketua HNSI Abd. Halim Rimamba dan beberapa Pemerhati lainnya.
Diskusi berlangsung hangat dipandu oleh Aktifis Konservasi Lulusan Pasca Sarjana Australia, Hamida.
Kabid Tangkap DisKP Sulsel Andi Mei Agung, pada kesempatan ini mengusulkan agar dilakukan upaya maksimal untuk penyiapan mata pencaharian alternatif (MPA) bagi para Pelaku.
Inisiator sekaligus pemantik diskusi, Daeng Cambang menyampaikan kesimpulan diskusi yang telah berlangsung ialah alasan terjadinya praktek destructive fishing di Selayar karena tingginya permintaan ikan keluar daerah.
“Ikan yang ditangkap di Kepulauan Selayar tidak terdata, sehingga teman-teman instansi terkait tidak bisa mengetahui berapa ikan yang dihasilkan oleh nelayan disini,” tutur Cambang, Sabtu (11/6).
Lanjut Cambang, praktek destructive fishing kerap terjadi di Selayar juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat, model pembelajaran soal penyelamatan lingkungan dengan tidak menggunakan bom ikan harus ditanamkan kepada anak sejak dini.
“Saya berharap kepada pemerintah Selayar agar kedepannya mengedepankan pendidikan konservasi yang mengambarkan kepada anak-anak sekolah dasar mengenai bahaya penggunaan bom untuk menangkap ikan,” jelasnya.
Cambang juga membeberkan akan menggelar diskusi yang sama, dengan mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, beserta stakeholder di Kabupaten Kepulauan Selayar.
“Selain itu, dalam diskusi nanti, teman-teman peneliti akan memaparkan peta masuknya bahan baku bom ikan, sementara lembaga NGO akan mencoba melakukan pendampingan tingkat desa kepulauan, dengan metode pendidikan konservasi, terutama kepada anak tingkat sekolah dasar,” tutupnya. (AJ)























