Selayarnews- Kepala Desa Tanete Kecamatan Bontomatene Darwis, membantah sehubungan dengan adanya pihak yang menyatakan bahwa Proyek air baku di Dusun Unjuruiya Desa Tanete tidak bermanfaat bagi Masyarakat.
Menurutnya, usai dibangun pada Tahun 2017 silam, Fasilitas air bersih itu beroperasi dan memenuhi Kebutuhan air bersih Warga di sebagian besar Wilayah Kecamatan Bontomatene, mulai dari Pelabuhan Pammatata hingga kelurahan Batangmata.
“Meskipun dibangun pada masa Kepala Desa sebelum saya, saat itu masih Pak Iskandar. Namun pada saat saya menjabat Kepala Desa itu sekitar Tahun 2021, saya masih sempat mendampingi Pak Bupati yang memantau langsung layanan air baku tersebut hingga ke Pelabuhan Pammatata. Debit airnya besar itu pak saya tidak tahu Pasti, kan Pemdes yang siapkan lahannya itu dan juga Kolam biru itu. Yang jelas mengalir itu pak sampai ke Kelurahan Batangmata waktu itu” kata Darwis kepala Selayarnews, malam ini Kamis (11/07).
Darwis tak menampik bahwa beberapa bulan setelah ia menjabat sebagai Kepala Desa, terjadi kerusakan mesin yang membuat operasionalnya terhenti.
“ Saat itu ada kerusakan mesin, sempat diperbaiki oleh Pak H. Natsir bersama petugas dari Balai Pompengan dan beroperasi, namun beberapa lama kemudian rusak lagi dan harus ganti mesin” kata Darwis.
Ia mengungkapkan, kerusakan mesin tersebut sempat diusulkan Pemdes Tanete ke Pemkab untuk diadakan, namun yang disiapkan hanya 100 juta rupiah, sementara untuk pengadaan mesinnya membutuhkan anggaran sekitar 200 Juta rupiah. Sehingga Dana tersebut akhirnya dikembalikan ke Kas Daerah.
” Tidak jadi di pake dana pemda, karena saya dengar juga rekanan mesin pompa bertanggung jawab memperbaiki kembali” kata Darwis.
Menurut Darwis, saat ini Fasilitas tersebut masih berfungsi dan melayani puluhan rumah dan beberapa kebun Warga di Desa Tanete dan Desa Pammatata.
“ Berfungsi sekarang Pak, cuma saya tidak tahu siapa yang kelola. Apakah PDAM karena Pemerintah Desa sudah tidak dilibatkan. Tapi saya dengar Pegawai PDAM yang operasikan dan Warga menerima layanan air tanpa meteran. Ini yang harus diperjelas Pak untuk pengelolaannya, karena kan disitu juga ada aset Desa Tanete, harusnya ada juga yang masuk PAD Desa” harap Darwis.
Ia pun berharap agar ada pertemuan antara Pemerintah Kabupaten, PDAM, Pemerintah Kecamatan Bontomatene dan Desa Tanete serta pihak terkait lainnya untuk membahas operasional sumur bor air Baku Unjuruiya, pengelolaan, serta pembagian hasilnya.
“ Saya dengar sekarang itu setiap Pelanggan itu membayar 50 ribu per bulan pak, saya tidak tahu apa itu resmi atau bagaimana” kata Kades Darwis.
Ia berharap ada solusi termasuk untuk memperbaiki kembali Jaringan air yang sudah mulai rusak karena sudah puluhan tahun, sehingga dapat kembali berfungsi maksimal seperti di awal proyek tersebut selesai dan beroperasi.
(Tim)