Saat Istri dan Anak Menghembuskan Nafas Terakhir Dalam Pelukan, di Tengah Dinginnya Laut
Selayarnews– Sebuah Kisah Pilu diceritakan Korban Selamat Kapal tenggelam di Perairan Tarupa Kecamatan Takabonerate Kepulauan Selayar. Lk. Mahide (59) Tahun.
Ia tiba di Kota Benteng Selayar setelah berhasil di selamatkan oleh Nelayan asal Tanaberu Kab. Bulukumba dan dijemput oleh Tim SAR di Pelabuhan Pammatata. Setelah mendapatkan perawatan Medis di RSUD KH. Hayyung ia pun diperbolehkan pulang.
Selayarnews, berkesempatan mewawancarai langsung Mahide, di salah satu Kamar Hotel Rayhan Square, tempat ia dievakuasi sebelum dijemput oleh Keluarganya dari Desa Pasitallu Kecamatan Takabonerate Kepulauan Selayar.
Menurutnya, peristiwa Naas itu bermula saat Ia dan istrinya Pr.Bongko (57 Tahun) dan anak laki-lakinya Tahang (18 Tahun) berangkat dari Pelabuhan Kabaena Sulawesi Tenggara pada, Jum’at 23 Juni 2023 Pkl 20.00 Wita malam.
Ia berkunjung ke Kabaena selain untuk mengunjungi keluarga di sana ia juga membeli sebuah Kapal jenis Fiber sepanjang kurang lebih 8 Meter dan lebar kurang lebih 1,5 Meter.
Rencananya kapal Fiber tersebut akan digunakan anaknya Lk. Tahang untuk mencari ikan dengan Kapal sendiri, karena anaknya itu baru saja berkeluarga sehingga ia bisa mandiri.
Namun sayangnya, ia hanya mampu membeli Fiber yang belum dilengkapi mesin.Sehingga ia memilih menonda Kapal Fiber tersebut ke Kampungnya di Pasittallu Selayar.
Perjalanan dari Kabaena awalnya berjalan lancar, hingga tiba-tiba peristiwa Naas itu terjadi. Sambil menghela nafas panjang Mahide mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi tiba-tiba, bahkan laut tidak dalam keadaan berombak besar.
” Tiba-tiba Kapal Fiber yang kami tonda itu tenggelam, ukurannya yang lebih besar dari Kapal kami, membuat Fiber tersebut tenggelam sangat cepat dan menarik Kapal kami ke dalam laut. Kami bahkan tidak sempat lagi memotong tali pengikat dan hanya mampu meraih satu lembar Papan untuk kami gunakan sebagai pelampung. Kapal kami pun tenggelam pada Sabtu dini hari sekitar Pkl 03.00 Wita” ungkap Mahide.
Berbekal satu lembar papan, ketiga orang SSuami Istri dan seorang anak ini pun mencoba terus berenang untuk dapat bertahan hidup di tengah laut.
Sang istri yang saat Kapal tenggelam berada di dalam kamar Kapal dan telah mengeluarkan banyak tenaga untuk menyelamatkan diri, ternyata sudah sejak awal sangat kelelahan, meskipun masih dapat bertahan hingga pagi hari.
Pada hari Minggu , 26 Juni 2023 kemarin sekitar Pkl 08 pagi, Istrinya dengan suara lirih membisikinya bahwa ia sudah tidak kuat. Mendengar itu Mahide pun dengan sisa tenaga yang ada mencoba merangkul sang istri.
” Di sini (sambil menunjukkan lengan sikunya), istri saya menghembuskan nafas terakhir dan saya harus merelakan. Sempat menuntun untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, lalu say harus merelakannya dan melihatnya pelan-pelan tenggelam” ungkapnya.Berselang 8 jam atau sekitar Pkl 15.00 Wita, situasi yang sama terjadi pada anaknya.
Menurutnya, Tahang menyerah bukan karena lelah, tetapi karena kelaparan.
” Ia tidak sempat makan sebelum kami berangkat dari Kabaena, sehingga ia kelaparan dan menggigil. Pada sekitar pkl 15.00 Wita, ia pun menyampaikan kalau sudah tidak sanggup. Mahide memeluk anaknya itu, Tahang pun menghembuskan nafas terakhir, juga dipelukan Mahide seperti Ibunya” cerita Mahide penuh haru.
Kini Mahide, tinggal seorang diri, dengan sisa tenaga yang ia miliki terus berpegangan dengan menggunakan kedua tangannya di papan. Ia terus bertahan hingga malam kembali datang. Dalam suasana gelap ia mengaku sempat tertidur dan bahkan sempat bermimpi.
” Dalam keadaan saya hanya pasrah, bahkan saya tak ada harapan lagi untuk bisa hidup. Saya tidak ingat lagi jam berapa, hingga tiba-tiba saya tersadar dan sudah berada di atas Kapal Nelayan yang menyelamatkan saya. terima kasih kepada saudaraku yang menyelamatkan saya ” tutup Mahide. (Red)
Toton Wawancara Ekslusif dengan Mahide di Link YouTube berikut : https://youtu.be/QBM6vkke-us























