Selayarnews-Setiap kali Tim Nasional Indonesia U-23 bermain di Stadion Abdullah bin Khalifah Doha Qatar, selalu dipenuhi Pendukung yang mengisi diatas 80% dari total Jumlah Penonton.
Rafael Struick, Pemain Diaspora Timnas Indonesia U-23 yang sukses mencetak 2 Gol ke Gawang Korea Selatan dan mengantarkan Garuda Muda hingga ke Semifinal AFC Cup, mengakui bahwa kehadiran penonton mempengaruhi performa Tim.
“Saya pikir ini kemenangan berkat kerjasama seluruh tim. Termasuk pelatih, dan juga dukungan seluruh suporter Indonesia,” kata Struick usai pertandingan yang memecahkan banyak rekor tersebut.
Membludaknya penonton Indonesia bahkan membuat negara luar keheranan, mereka menyebut bahwa penonton Indonesia telah merubah stadion Abdullah bin Khalifah menjadi Jakarta kecil.
Pada pertandingan semifinal melawan Uzbekistan U-23, jumlah Pendukung Indonesia bahkan dilaporkan mencapai 95 Persen dari Kapasitas Stadion. Diketahui Stadion kebanggaan Kota Doha Qatar tersebut berkapasitas 10.000 dan penonton yang merupakan Pendukung Timnas mencapai 9.100 Orang.
Untuk pertandingan malam ini Kamis (02/05) melawan Irak, dalam memperebutkan Juara 3 AFC Cup sekaligus Tiket Olimpiade. Jumlah suporter Indonesia yang siap hadir dilaporkan mencapai 80 % dari Total Penonton.
“hampir 80 persen kursi Stadion Abdullah bin Khalifa akan diisi pendukung Indonesia. Dengan kapasitas sekitar 10.000 penonton, diharapkan 8000-an pendukung Indonesia bisa hadir langsung mendukung timnas di sana,” kata Duta Besar RI di Qatar Ridwan Hassan Di Doha, Senin (29/4/2024).
Untuk diketahui, kondisi ini tidak terlepas dari banyaknya WNI yang bekerja di Qatar. Dari KBRI di Qatar tercatat jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Qatar saat ini sebanyak 29.000 orang.
Mereka Sebagian besar adalah pekerja Profesional dan yang berstatus sebagai ART hanya sekitar 4.000 orang. Sebagian merupakan expatriat, yang sebagian besar bekerja di sektor formal seperti konstruksi, oil and gas industry dan sebagainya.
Uniknya, banyak diaspora Indonesia yang membawa keluarga mereka. Bahkan banyak pula yang sampai generasi kedua tetap mencari penghidupan di negeri ini.
Tak hanya di proyek migas dan petrokimia, banyak juga diaspora Indonesia yang bekerja di bidang kesehatan, pendidikan, dan entrepreneur. Banyak yang mendapat penghasilan ratusan juta rupiah per bulan. Mereka berhimpun di Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar atau Permiqa.
(Red/Net)