Selayarnews– Belasan dusun di Kecamatan Bontomanai, Kepulauan Selayar, melaksanakan tradisi Pabelu dan Rate dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H yang jatuh pada 5 September 2025. Sejumlah dusun telah lebih dahulu menggelar rangkaian acara sejak memasuki bulan Rabiul Awal, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sementara beberapa dusun lainnya baru akan melaksanakannya sesuai jadwal yang ditetapkan pemerintah setempat.
Tradisi Pabelu dikenal sebagai pertemuan pemuda dan pemudi yang duduk berhadapan sambil mengiris daun pandan menggunakan alat tradisional, yang sejak lama menjadi ruang interaksi sosial dan sarana mempererat hubungan. Sementara tradisi Rate dimaknai sebagai pertukaran atau pemberian makanan tradisional, terutama songkolo, yang dilaksanakan di masjid sebagai ungkapan syukur dan kebersamaan di penutup rangkaian Maulid.
Di Desa Kaburu, masyarakat di Dusun Kaburu Barat dan Timur lebih dahulu melaksanakan tradisi Pabelu pada 2 September, dilanjutkan dengan Rate pada 3 September. Dusun Batu-Batu menyusul dengan Pabelu pada 3 September dan Rate pada 4 September. Adapun Dusun Tanabau menggelar Pabelu pada 4 September dan melanjutkan dengan Rate pada puncak peringatan Maulid, 5 September 2025.
Untuk Desa Jambuiya, Dusun Panaikang akan menggelar Pabelu pada 6 September dan Rate pada 7 September. Di Dusun Batu Panyu, warga dijadwalkan akan melaksanakan Rate pada 9 hingga 10 September.
Sementara itu di Desa Bontomarannu, rangkaian acara akan berlangsung lebih panjang. Dusun Gantarang dan Gojang Selatan akan melaksanakan Pabelu pada 8 September, dilanjutkan dengan Rate pada 9 September. Dusun Gollek dijadwalkan menggelar Pabelu pada 13 September dan Rate pada 14 September. Dusun Bontomarannu akan melaksanakan Pabelu pada 19 September dan Rate pada 20 September. Sementara Dusun Gojang Utara hingga kini masih menunggu penetapan jadwal resmi dari pemerintah dusun.
Peringatan Maulid Nabi dengan tradisi Pabelu dan Rate ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat Bontomanai yang tetap terpelihara lintas generasi. Setiap rangkaian acara tidak hanya dimaknai sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga sebagai perekat silaturahmi dan kebersamaan di tengah masyarakat desa.
(FR)























