Selayarnews– Pemerintah akan melakukan impor beras untuk mengatasi tingginya harga di Pasar saat ini. Meskipun demikian kebijakan ini dinilai tidak tepat dan akan menyengsarakan Petani, karena dilakukan menjelang Panen raya.
Hal ini disuarakan salah satunya oleh Muhammad Asdar, Warga Pasimasunggu timur yang sebagian besar penduduknya adalah petani sawah (Beras).
” Saya kurang setuju soal impor, karena gabah petani lokal nggak akan laku. Apalagi sudah mau musim Panen” kata Asdar.
Selain itu, khusus di Pasimasunggu Timur, menurut Asdar Para Petani masih terbebani sistem Ijon yang menurutnya susah dihentikan karena sudah berlangsung bertahun-tahun.
“Saya kawin di Jampea 2006 pada saat itu harga pupuk urea satu karung 100 ribu dijual ke petani dengan perjanjian nanti habis panen baru bayar dengan beras 100 liter berarti berasnya hanya dihargai 1000 rupiah pada saat itu lalu masuk program koperasi desa menjual pupuk dengan harga murah saat itu. Yang pasti sistem ijon tidak pernah bisa kita hapuskan tetap saja selalu ada yang mau berurusan dengan mereka”. ungkapnya.
Ia menambahkan, akibat Kewajiban untuk membayar utang BBM, pupuk dan racun hama yamg dibayar saat panen, pelaku praktek Ijon mendapatkan untung yang berlipat-lipat dari selisih harga, sehingga membuat petani semakin tak berdaya.
Menurutnya, rencana impor dengan adanya surat edaran badan pangan, benar-benar efektif sebagai “mesin pembunuh” bagi petani. Sehingga Asdar pun berharap ada langkah kongkrit kedepannya.
“Yang bisa kita lakukan kalau menurut saya adalah memberikan kredit modal usaha tani dengan perjanjian 5 Bulan (setelah Panen baru dibayar), ini akan mencegah sistem Ijon ” harap Asdar (Rr).