Selayarnews– Warga Kabupaten Kepulauan Selayar khususnya Desa Parak Kecamatan Bontomanai, dihebohkan dengan fenomena air laut yang tiba-tiba berwarna hijau. Fenomena tersebut mulai terlihat hari ini, Selasa (17/01/2022).
Warga mengaku air laut berwarna hijau tersebut bahkan mengeluarkan bau tak sedap yang sangat menyengat.
” Iya, warna air lautnya hijau, tadi saya melintas saja di Parak, baunya sangat menyengat bahkan mau muntah, baunya menyengat dan melengket di hidung, nanti sampai di Benteng baru hilang baunya” kata Rini (40) kepada Selayarnews.
Akademisi Ibu Dr. Dining Aidil Candri, Dosen Biologi Kelautan Fakultas MIPA Universitas Mataram, usai melihat Video penampakan air laut di Desa Parak, menjelaskan bahwa fenomena air laut hijau itu kemungkinan besar di sebabkan oleh blooming algae.
” Sepanjang pengetahuan saya, fenomena seperti ini disebabkan oleh blooming algae, jadi tergantung jika algaenya jenis algae merah maka air lautnya akan merah, jadi kemungkinan yang di Selayar adalah algae hijau” Jelas Dr. Dining, kepada Selayarnews, Selasa (17/01).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa fenomena blooming algae ini dapat muncul disebabkan beberapa faktor khususnya akibat perubahan iklim dan suhu, serta terjadinya pencemaran air laut.
“Perubahan iklim dan suhu yang tidak menentu, kadang panas tiba-tiba dingin, kondisi ini mempengaruhi arus laut sehingga pergerakan masa air tidak lagi normal dan menyebabkan terjadi Blooming algae, bisa juga disebabkan adanya pencemaran air laut yang memicu munculnya massa algae (fitoplankton) yang memicu perubahan warna tersebut. ” tambahnya.
Terkait bau menyengat yang muncul, Dr. Dining menjelaskan bahwa hal tersebut tergantung pada jenis algaenya, jika dalam jumlah banyak tentu bisa menimbulkan bau.
Menurutnya, jika blooming algae terjadi berkepanjangan, situasinya bisa berbeda dan dapat berubah menjadi membahayakan bagi Manusia.
“Blooming algae juga dapat berdampak pada kesehatan manusia, ketika blooming algae mereda, algae akan mengalami proses pembusukan. Proses pembusukan ini menghasilkan bau busuk dan menjadi senyawa kimia beracun” tambah Dr. Dining.
Menurutnya, fenomena blooming algae harus ditindak lanjuti dengan upaya pembersihan. Karena sulit untuk mengetahui kapan berakhir, tergantung situasi iklim dan lingkungan sekitar. Algae bisa bertahan jika lingkungannya sesuai.
“Blooming algae dapat menyebabkan hipoksia, membuat organisme dalam air tidak mendapat oksigen untuk bernapas. Akibatnya, organisme-organisme tersebut tidak akan bertahan dan air tempat blooming algae terjadi menjadi zona mati di mana tidak ada makhluk hidup lain yang bisa bertahan. Sehingga itu harus segera dibersihkan dari laut, kalau di tempat saya sekarang di Lombok, biasanya dilakukan secara manual kalau tidak ada alat yang lebih modern, jadi diangkat dari laut dan dijemur” tambahnya.
Ia juga menghimbau agar kebiasaan mencemari laut dengan membuang sampah ke laut, penebangan hutan dan kegiatan yang tidak ramah lingkungan lainnya agar dihentikan. Menurutnya kebiasaan tersebutlah yang mengakibatkan munculnya fenomena alam yang justru akan merugikan manusia. (Red)