Selayarnews Global— Konflik bersenjata antara Iran dan Israel kian memanas dalam 24 jam terakhir, menyusul gelombang serangan udara besar-besaran yang dilancarkan militer Israel terhadap sejumlah fasilitas strategis di wilayah Iran. Serangan ini merupakan respons atas serangan rudal dan drone Iran sebelumnya yang menghantam sejumlah kota di Israel dan menyebabkan korban jiwa.
Menurut laporan media internasional dan pernyataan resmi dari militer Israel, lebih dari 50 jet tempur dikerahkan dalam satu malam untuk menyerang sejumlah titik penting di Teheran dan wilayah barat Iran, termasuk fasilitas produksi senjata, pangkalan peluncuran rudal, dan lokasi yang diawasi Badan Energi Atom Internasional (IAEA) karena terkait dengan program nuklir Iran. Pemerintah Iran membenarkan bahwa dua dari lokasi yang diserang adalah fasilitas pengayaan uranium yang berada dalam pengawasan IAEA.
Menanggapi serangan tersebut, Iran segera meluncurkan balasan besar-besaran dengan menembakkan ratusan rudal dan drone ke arah Israel, termasuk jenis rudal hipersonik Fattah‑1. Beberapa rudal dilaporkan berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel dan menghantam kawasan permukiman serta infrastruktur penting, menyebabkan belasan korban tewas dan ratusan lainnya luka-luka di wilayah Israel.
Sementara itu, laporan dari dalam Iran menyebutkan bahwa korban jiwa akibat serangan Israel terus bertambah. Organisasi pemantau HAM dan media lokal menyebutkan angka yang bervariasi, mulai dari 200 hingga lebih dari 500 orang tewas, termasuk sejumlah perwira militer dan warga sipil. Ribuan orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka dan harus dirawat di berbagai rumah sakit yang kini kewalahan menampung korban.
Di tengah situasi yang semakin genting, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menolak tegas seruan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Dalam pernyataan publiknya, Khomenei menyebut bahwa Iran tidak akan tunduk pada tekanan asing dan memperingatkan bahwa setiap bentuk keterlibatan militer dari Amerika Serikat akan memicu “kerusakan yang tak dapat diperbaiki” bagi kawasan. Duta Besar Iran untuk PBB juga menyampaikan peringatan keras bahwa Iran akan menganggap Amerika sebagai pihak yang berperang apabila benar-benar melakukan intervensi militer langsung.
Presiden Trump, dalam pernyataannya, menegaskan bahwa pihaknya mengetahui lokasi persembunyian Ayatollah Khamenei namun memilih untuk tidak menyerangnya untuk saat ini. Ia juga mengumumkan pengerahan tambahan aset militer Amerika ke kawasan, termasuk pesawat pengisi bahan bakar dan sistem pertahanan rudal untuk memperkuat posisi strategis AS di Timur Tengah.
Sementara itu, suasana di ibu kota Iran, Teheran, menjadi mencekam. Pemerintah Iran memberlakukan status darurat terbatas dengan menutup sejumlah pusat perbelanjaan, membatasi pergerakan warga, serta memobilisasi personel keamanan tambahan. Laporan dari lapangan menunjukkan antrean panjang kendaraan di jalan-jalan keluar kota dan kelangkaan bahan bakar di beberapa SPBU. Di sisi lain, Israel juga masih memberlakukan pembatasan penerbangan sipil di Bandara Ben Gurion yang sempat ditutup total akibat ancaman rudal balasan dari Iran.
Konflik ini juga memicu reaksi keras dari berbagai negara. Sejumlah pemerintah, seperti Inggris, Yunani, dan China, telah memulai proses evakuasi warganya dari wilayah konflik. Rusia dan Turki menyuarakan keprihatinan mendalam dan menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri guna mencegah meluasnya konflik ke kawasan regional. Di pasar global, ketegangan ini menyebabkan lonjakan harga minyak mentah ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir akibat kekhawatiran terganggunya distribusi energi dari kawasan Teluk Persia.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanda-tanda deeskalasi dari kedua pihak. Israel menyatakan akan terus menyerang target-target militer Iran hingga ancaman dinilai netral, sementara Iran menegaskan bahwa balasan lebih besar masih akan datang jika agresi terus berlanjut. Komunitas internasional saat ini terus memantau perkembangan dengan cemas, mengingat potensi konflik terbuka ini bisa melibatkan lebih banyak negara dan mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. (Red)
Disclaimer: Berita Disadur dari Berbagai Sumber Terpercaya.