Selayarnews.com – MASYARAKAT GLOBAL adalah komunitas modern yang terdiri dari berbagai kelompok sosial dan kepercayaan bahkan sangat atheistik. Sementara, komunitas tradisional memiliki sistem keyakinan yang homogen dan terstruktur. Mereka lebih memerlukan pengarahan dan aturan ketimbang berinisiatif sendiri. Aturan konvensional seringkali dijadikan pijakan baku. Perubahan zaman yang semakin kompleks mengakibatkan komunitas tradisional ini berangsur-angsur menyempit. Meskipun demikian, jumlah mereka masih belum hilang dalam waktu tertentu karena adanya warisan kultur ke generasi berikutnya. Anak-anak mereka yang cenderung putus sekolah telah menyerap kultur tradisional ini secara membabi-buta.
Terpaan kultur permisifistik globalisasi memunculkan dua kekuatan yang saling mendukung, yakni: pertama, kultur primordial yang kaku, irrasional dan bisu; kedua, perilaku hedonis yang tidak terarah.
Masyarakat global menyebarkan berbagai nilai hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai tradisi, tetapi sebagian saling menguatkan. Perilaku hedonis yang bersatu dengan kultur primordial seperti cara berpikir irrasional-emosional dan tidak kritis (bisu) menyebabkan masyarakat kita semakin terisolasi. Kita hanya bisa memilih jalan termudah demi kepuasan nafsu. Pengaruh globalisasi dalam masyarakat tradisional akan tampak nyata dalam perilaku generasi muda mereka.
Masyarakat Barat yang meniupkan cyberworld tidak bisa disebut sebagai masyarakat berkebudayaan tinggi. Teknologi tinggi bukan cerminan dari kebudayaan. Beberapa pakar sejarah mungkin mengklaim bahwa sejarah kebudayaan awal dunia dimulai dari Mahenjodaro dan Mesopotamia (Irak). Gedung-gedung purbakala yang menghiasi kerajaan-kerajaan masa silam itu hanyalah hasil keserakahan manusia atas manusia lainnya. Piramida Mesir bahkan dibangun oleh para budak. Budak-budak ini meninggal dalam pekerjaan mereka sebelum bangunan-bangunan itu selesai. Setiap zaman melahirkan budak.
Dunia ketiga, seperti Indonesia, sebagaimana negara lain yang menjadi budak negara-negara adidaya (kapitalis) juga terlibat dalam pembangunan yang tidak menguntungkan. Penguasa Indonesia dan rakyatnya cenderung merasa lebih rendah, bodoh daripada rakyat bangsa lain. Tidak mengherankan jika beberapa negara Barat seperti Australia, Inggris, dan Amerika menjadi penadah orang-orang dunia ketiga yang ingin memerluas ilmunya melalui berbagai jenis beasiswa. Penghinaan yang dialami salah seorang Gubernur dari wilayah Indonesia baru-baru ini menjadi bukti terkini yang sangat nyata.
Kultur inferioritas ini mengakibatkan pupusnya semangat kreatif masyarakat. Di sini, kita hanya mengenal budaya penjiplakan, budaya bisu, penyembahan terhadap penguasa yang sangat berlebihan, dan sikap inferior yang akut. Kebiasaan menyontek dibiarkan dalam setiap ujian nasional. Tradisi nepotistik terus dibangkitkan. Tidak mengherankan jika kemudian masyarakat kita hanya menjadi konsumen teknologi modern dan kebudayaan permisif global tersebut. Generasi-generasi baru tidak sanggup menghasilkan apapun untuk menghargai hidupnya.
Munculnya aksi bully terhadap alam merupakan fenomena yang selalu marak dan menggesa kita mencari solusinya. Pola hidup hedonistik membuat jelata semakin terbelakang akibat aksi pengrusakan sumber daya alam yang dilakukan oleh sumber daya manusia (baca: generasi baru) yang terdidik (pejabat-pengusaha-dan profesi lainnya) maupun yang tidak terdidik.
Masyarakat kita memerlukan jalan raya intelektual untuk ke luar dari kultur primordial mereka sekaligus menghindari duri-duri modernitas. Jalan ke arah itu tidak mungkin lahir dari perut para penjajah dan penyembah kebudayaan hedonistik. Mereka juga tidak akan pernah lahir dari lembaga-lembaga yang dikontrol penuh oleh kekuasaan tradisional. Asa globalisme adalah perlindungan menyeluruh untuk seluruh jenis habitat dan penghuninya.
Tentang Penulis
Osella adalah warga sebuah dusun yang terletak di kaki perbukitan yang hijau di Kepulauan Selayar. Osella menjalani profesi sebagai partner belajar bagi sejumlah remaja, dan kadang-kadang menulis diary untuk berbagi rasa.
Sebagai manusia yang lahir dari rahim jelata, tulisan-tulisan Osella kental dengan spektrum perlawanan. Beberapa novel pendidikannya telah diterbitkan FAM Publishing, antara lain: Passanderang Melody dan Passanderang Princess.
Saat ini Osella sedang menulis novel pendidikan lainnya yang berjudul: Passanderang Moon.