Oleh: Sunaryo, Kepala KPPN Benteng
Berdasarkan data Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) nilai penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kabupaten Selayar terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 jumlah pembiayaan KUR di Kepulauan Selayar sebesar Rp38,6 miliar, sedangkan tahun 2019 sampai dengan akhir November sudah mencapai Rp38,9 miliar (1.265 debitur). Bahkan menurut penjelasan BRI Cabang Selayar, pada akhir November 2019 kuota untuk penyaluran KUR mikro (Rp10 juta sampai dengan Rp25 juta) sudah habis dan yang tersisa adalah kuota KUR ritel (di atas Rp25 juta sampai dengan Rp500 juta).
Sementara untuk penyaluran kredit Ultra Mikro (UMi), pertumbuhannya masih relatif rendah. Berdasarkan data SIKP, pada tahun 2017 jumlah penyaluran kredit UMi berjumlah Rp63,5 juta (10 debitur), pada tahun 2018 meningkat menjadi Rp98,1 juta (14 debitur), dan pada tahun 2019 sampai dengan awal Desember senilai Rp95,6 juta (14 debitur). Pembiayaan UMi merupakan program tahap lanjutan dari program bantuan sosial menjadi kemandirian usaha yang menyasar usaha mikro yang berada di lapisan terbawah, yang belum bisa difasilitasi perbankan melalui program KUR. UMi memberikan fasilitas pembiayaan maksimal Rp10 juta per nasabah dan disalurkan oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Untuk wilayah Kepulauan Selayar, UMi disalurkan oleh Kantor Pegadaian Kepulauan Selayar.
Lalu, seperti apa pendapat para pelaku UMKM termasuk yang ultra mikro di Kepulauan Selayar terhadap kredit program pemerintah ini dan apa harapan mereka ke depannya. Untuk mengentahui hal tersebut, pada akhir November 2019, KPPN Benteng melakukan kunjungan dan diskusi dengan beberapa pelaku UMKM yang sudah menjadi debitur KUR dan UMi di Kepulauan Selayar. Kegiatan ini juga dimaksudkan untuk melihat fakta di lapangan apakah KUR dan UMi benar-benar telah menyentuh sektor-sektor unggulan perekonomian Kepulauan Selayar seperti perikanan, peternakan, dan pertanian yang merupakan penyumbang terbesar PDRB Kepulauan Selayar. Berdasarkan data dari BPS Kepulauan Selayar, dari PDRB Kepulauan Selayar Rp3,4 triliun pada tahun 2018, Rp1,5 triliun atau 44% di antaranya disumbang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Debitur pertama adalah Bapak Zainuddin, seorang pelaku usaha pembuatan terasi di Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar. Bapak Zainuddin melakukan usaha pembuatan terasi secara manual di rumah dengan dibantu isterinya. Hasilnya kemudian dijual dibagian depan rumahnya yang difungsikan sebagai toko. Menurut Bapak Zainuddin permintaan terasi cukup tinggi sehingga tidak ada kendala yang berarti dalam pemasarannya. Kendala justru terjadi pada saat pembuatan terasi yaitu ketersediaan bahan baku berupa udang ebi yang tidak bisa setiap saat diperoleh. Oleh karena itu, pembuat terasi biasanya akan memborong udang ebi pada saat persediaan di pasaran lagi ada. Untuk itu pembuat terasi membutuhkan modal yang cukup besar sehingga sangat rawan terjerat oleh iming-iming pinjaman mudah dari rentenir tetapi dengan bunga yang mencekik leher. Setelah mendapatkan infomasi dari BRI Cabang Selayar selaku penyalur KUR, Bapak Zainuddin kemudian mengajukan pinjaman KUR ke BRI Cabang Selayar pada tahun 2016 dengan nilai pinjaman sebesar Rp10 juta (KUR mikro). Setelah lunas, pada tahun 2019, Bapak Zainuddin mengambil lagi sebesar Rp10 juta. Dengan bunga hanya 7%, menurut Bapak Zainuddin tidak membebani pelaku usaha dan keuntungan yang bisa diperoleh masih cukup besar. Dari usahanya ini Bapak Zainuddin bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan anak-anaknya, dan mengembangkan aset yang dimilikinya. Bapak Zainuddin berharap jika sudah lunas pinjaman keduanya ini, bisa meminjam lagi dengan plafon yang lebih besar untuk mengembangkan skala usahanya.

Debitur kedua adalah Bapak Hamzah, seorang pelaku usaha peternakan dan pemotongan sapi Kecamatan Benteng Kepulauan Selayar. Sebelum mendapatkan informasi tentang KUR, Bapak Hamzah hanya mampu membeli satu atau dua ekor sapi. Berdasarkan informasi yang diterima dari BRI Cabang Selayar, Bapak Hamzah kemudian mengajukan sebagai debitur KUR ke BRI Cabang Selayar dengan nilai pembiayaan Rp100 juta (KUR Retail). Dengan modal tersebut, Bapak Hamzah bisa membeli sapi ternak lebih banyak, bisa 10 ekor lebih, sehingga keuntungan yang didapatkan juga meningkat. Sebagian dari keuntungan yang diperoleh digunakan untuk mengembangkan usaha peternakan dan bengkel. Bapak Hamzah sudah dua kali mengambil pinjaman KUR retail, yang kedua bahkan dengan jumlah yang lebih besar yaitu Rp150 juta. Bapak Hamzah berharap ke depannya program KUR ini terus dilanjutkan. Informasi menarik dari Bapak Hamzah adalah, daging sapi yang dulunya harus dipasarkan sampai ke Makassar, pada saat ini untuk memenuhi permintaan daging sapi di Kepulauan Selayar saja sudah tidak cukup. Artinya, ekonomi di Kepulauan Selayar sedang tumbuh dengan baik sehingga peluang UMKM mestinya semakin terbuka dan kehadiran kredit program pemerintah pastilah sangat dibutuhkan.

Debitur ketiga adalah Bapak Abdullah Rifai, seorang pelaku usaha penangkapan ikan di desa Bontosunggu Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar. Bapak Abdullah Rifai pertama kali meminjam KUR melalui BRI Cabang Selayar sebesar Rp100 juta dan digunakan untuk pengadaan 1 (satu) buah kapal penangkap ikan/bagan. Dalam menjalankan usahanya, Bapak Abdullah Rifai mempekerjakan beberapa orang yang mengoperasikan kapal bagan tersebut. Setelah pinjaman pertama lunas, Bapak Abdullah Rifai mengambil lagi pinjaman KUR sebesar Rp100 juta dan digunakan untuk pengadaan kapal bagan yang kedua. Semakin besar skala usaha, semakin banyak lapangan kerja yang terbuka, semakin kecil angka pengangguran, dan semakin banyak masyarakat yang sejahtera. Berdasarkan data statistik, sektor perikanan merupakan sektor yang paling tinggi sumbangannya terhadap PDRB Kepulauan Selayar. Sehingga sentuhan kredit program di sektor ini, diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Kepulauan Selayar.

Keempat adalah Ibu Andriani Syarif, debitur UMi yang merupakan pendagang ikan keliling di Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar. Ibu Andriani Syarif menjadi debitur UMi sejak tahun 2019 dengan pinjaman sebesar Rp6 juta yang disalurkan melalui Kantor Pegadaian Kepulauan Selayar. Dengan pinjaman tersebut, Ibu Andriani dapat menambah modal usahanya sehingga dapat membeli dan menjual lebih banyak ikan setiap harinya sehingga keuntungan yang diperoleh juga lebih banyak. Disamping mendapatkan pinjaman, debitur UMi juga mendapatkan pendampingan dari penyalur. Menurut Ibu Andriani, program UMi dirasakan sangat membantu usahanya karena bunganya relatif terjangkau dan masa cicilannya cukup lama. Ibu Andriani berharap kredit program ini terus berlanjut dan bila sudah lunas bisa mengambil pinjaman lagi dengan jumlah yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya.

Hadirnya kredit program pemerintah berupa KUR dan UMi telah memberikan optimisme bagi para pelaku UMKM untuk melangsungkan dan meningkatkan usahanya. Untuk itu, informasi mengenai KUR dan UMi perlu terus disebarluaskan kepada seluruh pelaku UMKM sampai di pelosok-pelosok dan kepulauan. Berdasarkan informasi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kepuluan Selayar, pertumbuhan data calon debitur kredit program pemerintah dari kepulauan masih sangat terbatas. Hal itu disebabkan karena kegiatan sosialisasi dan inventarisasi calon debitur kepada para pelaku UMKM di kepulauan juga masih sangat terbatas. Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Kepulauan Selayar, Basli Ali, dalam pertemuan dengan KPPN Benteng pada akhir November 2019 menyatakan bahwa dengan pertumbuhan ekonomi Kepulauan Selayar pada saat ini, mestinya penyaluran KUR dan terutama UMi bisa ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, setiap kesempatan pertemuan dengan masyarakat terutama di kepulauan harus bisa dimanfaatkan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai kredit program pemerintah dengan melibatkan unit terkait seperti lembaga penyalur dan dinas terkait. Dengan semakin banyaknya UMKM yang dapat memanfaatkan kredit program pemerintah, diharapkan perekonomian terutama sektor unggulan bisa tumbuh lebih baik. Selain itu, kehadiran pemerintah juga akan semakin dirasakan oleh masyarakat, sehingga optimisme dan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah juga semakin kuat. Hal tersebut merupakan modal penting untuk pembangunan nasional menuju Indonesia Maju.