Selayarnews– Masih membekas diingatkan kita, tragedi KM. Lestari Maju yang kandas di perairan Pa’baddilang Kecamatan Bontomatene, pada tanggal 03 Juli 2018 silam.
Kapal tersebut berlayar dari Pelabuhan Bira menuju Pelabuhan Pammatata, sejak pukul 10.00 wita pagi dan mulai oleng sekitar pukul 13.30 Wita, karena Lambung Kapal dilaporkan bocor dan kemasukan air. Akhirnya Kapal tersebut karam hanya kurang lebih 300 meter dari Pantai Pabaddilang, sekitar pkl 16.00 Wita.
Belajar dari Targedi tersebut, kita mengetahui bahwa pada saat itu, setidaknya kita memiliki Waktu kurang lebih 2 jam untuk melakukan persiapan dan evakuasi terhadap para Korban. Kapal kandas hanya berjarak sekitar 300 Meter dari bibir pantai.
Naas, ketidaksiapan kita saat itu baik dari segi sarana dan prasarana penyelamatan, SOP Evakuasi, Kapal yag tidak siap baik secara administrasi maupun teknis dan kelengkapan untuk menghadapi musibah, SDM yang terbatas membuat kita harus merelakan kepergian saudara-saudara kita. Sebanyak 36 Orang tewas dan kurang lebih 165 orang selamat setelah mendapatkan perawatan medis, dalam tragedi Selasa sore itu.
Pasca kejadian, Budi Karya Sumadi Menteri Perhubungan saat itu datang langsung ke Selayar meninjau TKP. Semua stakeholder saat itu sepakat untuk melakukan pembenahan terhadap sektor perhubungan laut, fasilitas penyelamatan dan upaya evakuasi untuk mencegah kejadian serupa.
Peristiwa terbaru, pada Sabtu 27 Agustus 2022 Warga Selayar Sainuddin dan Khaeruddin berlayar dari Desa Bontolebang menuju Mangatti di Pulau Jampea tepatnya di Desa Labuang Pamajang, Kecamatan Pasimasunggu, dengan menggunakan perahu katinting.
Sekitar Pkl 14.00 Wita ia menghubungi Keluarganya di Pulau Gusung bahwa Perahunya mengalami mati mesin di Perairan Pollassi. Basarnas menuju perairan Polassi setelah mendengar Laporan sekitar Pkl 15.00 Wita, mereka sampai di Pattumbukang sekitar Pkl 16.00 Wita. Setelah melakukan pencarian hingga malam, Basarnas harus menghentikan pencarian karena sudah gelap dan cuaca ekstrem.
Alhasil nyawa Saharuddin dan Khaeruddin pun saat itu diserahkan kepada nasibnya. Beruntung keduanya kemudian ditemukan Kapal pengangkut Kopra dari NTT dua hari setelah kejadian dan berhasil selamat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) saat itu menjadi sorotan karena dinilai tak melakukan apa-apa dengan alasan tidak ada fasilitas dan Anggaran. Bahkan Warga sempat mengumpulkan Donasi untuk kemudian memberangkatkan KM. Banawa Nusantara untuk ikut melakukan pencarian.
Kedua peristiwa di atas yang memiliki rentan waktu kurang lebih 4 Tahun, menjadi cerminan bahwa setelah tragedi KM Lestari Maju yang memilukan ternyata kita tidak berbenah.
Fakta bahwa perairan Kepulauan Selayar memiliki ancaman Cuaca ekstrem tahunan harusnya mendorong kita lebih siap, untuk melakukan penyelamatan bilamana terjadi kecelakaan laut.
Dalam hal ini tak boleh satu pihak yang menanggung beban kesalahan atas ketidaksiapan kita. Tulisan ini hanya sebagai pengingat memasuki akhir Tahun 2022 yang sangat rentan terhadap ancaman cuaca ekstrem. Penyelematan nyawa manusia harus tetap menjadi prioritas dalam kondisi apapun.
“Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” (QS. 5 : 32).
Baik Pemerintah dan Masyarakat harus bahu membahu membenahi kesiapan daerah kita untuk menghadapi segala ancaman yang datang.
Semoga kita semua tetap dalam LindunganNya dan dihindarkan dari segala bencana dan mara bahaya. (Red)