(Jejak Historis Pertanian Jeruk di Kab. Kep. Selayar)
Oleh : Muh. Nur Fajri Ramadhana M.K, S.Pd, M.Pd. (Guru Bidang Studi Sejarah Indonesia di SMKN 1 Selayar)
Selain dikenal dengan penduduknya yang ramah, daerah Selayar juga memiliki banyak objek wisata yang bisa dikunjungi seperti halnya objek wisata Takabonerate merupakan taman nasional laut yang namanya tersohor sampai ke mancanegara, Selayar juga dikenal dengan daerah penghasil kopra di Sulawesi Selatan. Tak elok rasanya jika kita melupakan Jeruk Keprok Selayar atau dalam bahasa setempat menyebutnya dengan Munte Cina buah tangan yang juga menjadi komoditi andalan masyarakat Selayar yang eksistensinya masih berlangsung sampai hari ini. Ditinjau dari aspek sejarahnya Jeruk keprok yang pertama kali populer adalah jeruk mandarin atau disebut jeruk we.
Pada perkembangan selanjutnya jeruk keprok ditanam di berbagai negara, sehingga saat ini banyak varietas jeruk spesifik lokalita yang mempunyai karakteristik dan kualitas buah berdasarkan kondisi agroekologi daerah penanaman. Agribisnis jeruk keprok berkembang di berbagai negara diantaranya RRC kemudian masuk ke Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia yang membudidayakan jeruk adalah daerah Kabupaten Kepulauan Selayar yang merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan.
Jeruk Keprok Selayar merupakan salah satu komoditas holtikultura unggulan. Tanaman ini sudah lama diusahakan oleh petani dengan keuntungan usaha tani yang cukup tinggi. Jeruk keprok Selayar merupakan komoditas primadona bagi petani setempat. Pertanaman jeruk tersebar di daratan Pulau Selayar terutama di Kecamatan Bontoharu, Bontomatene, dan Bontosikuyu. Oleh karena itu, pemerintah daerah setempat menetapkan jeruk sebagai salah satu komoditas andalan dan dikembangkan dalam skala agribisnis. Setelah berhasil dalam swasembada beras pemerintah memberikan perhatian yang lebih dalam pengembangaan komoditas holtikultura. Seperti halnya daerah Sulawesi Selatan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya juga mengembangkan berbagai macam usaha salah satunya dalam bidang holtikultura tersebut. Melalui jenis tanaman jeruk yang dikembangkan di daerah Luwu dan Selayar.
Khusus untuk daerah Selayar, tanaman jeruk pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Selayar yang melakukan kontak dagang dengan pedagang dari daerah Bali yang menurut narasumber sudah terjadi sebelum Jepang masuk ke Selayar. Daerah yang pertama kali mendapatkan bibit tanaman jeruk di kabupaten ini adalah daerah Laiyolo, yang berada di pantai bagian selatan pulau Selayar. Hal semacam ini lumrah terjadi pada daerah pesisir yang biasanya akan menerima perubahan terlebih dahulu dibandingkan dengan daerah pedalaman. Posisi daerah Laiyolo yang berada pada bagian pesisir selatan Selayar yang ramai dilalui oleh para pedagang baik dari barat maupun timur Indonesia. Meskipun daerah Laiyolo yang pertama kali mengenal jenis tanaman jeruk dari para pedagang kopra, namun pada perkembangan berikutnya daerah ini tidak menjadi sentra budidaya jeruk karena kondisi geografis dan tanahnya yang tidak cocok untuk pertanian jeruk.
Tidak ada catatan pasti yang menyebutkan siapa orang pertama kali yang membawa bibit jeruk masuk ke Selayar namun menurut informan tanaman jeruk sudah ada sebelum jepang masuk ke Selayar, Tanaman jeruk di introduksi ke Selayar tahun 1925. Setelah gagal dalam penanaman yang pertama kali dilakukan di daerah Laiyolo akhirnya dialihkan ke daerah Batangmata Sapo yang mengembangkan pertanian jeruk untuk pertama kalinya terdapat di sebuah kampung yang bernama Tamallua. Kampung ini tepatnya berada di daerah perbatasan Desa Onto dan Kelurahan Batangmata Sapo bagian selatan. Penuturan salah satu warga di Daerah Batangmata Sapo juga mengungkapkan Jeruk di daerah Batangmata Sapo tepatnya di daerah Tamallua, sudah ada sebelum masuknya Jepang di Selayar. Orang yang pertama kali menanam jeruk bernama Dg. Sakkak pada tahun 1940 dan pada tahun 1942 diketahui sudah ada jeruk yang dibawa keluar daerah Batangmata Sapo untuk dipasarkan.
Seperti halnya di Daerah Batangmata Sapo sebagai sentra produksi penghasil Jeruk di Kabupaten Kepulauan Selayar para petani yang sempat diwawancarai menuturkan alasan mereka memilih untuk bertani jeruk karena adanya keuntungan yang besar didapatkan dalam sekali panen dibandingkan dengan menanam kelapa sehingga membuat mereka mengalihkan sebagian lahan yang dimiliki untuk menanam jeruk. Jenis buah ini dapat berbuah atau berproduksi banyak tergantung bagaimana cara petani memelihara tanaman tersebut. Memang benar bahwa hidup bukan hanya sekedar untuk mencari makan,tetapi harus dipahami pula bahwa tanpa makan manusia tidak dapat hidup. Berkembangnya zaman membuat orang-orang tidak lagi mencari kekuatan atau kekuasaan, tetapi yang utama adalah uang sebagai alat tukar dan juga pemenuhan kebutuhan kehidupan (jasmani).
Maka dari itu seseorang dituntut untuk mengolah sumber daya ekonomi serta sumber daya alam dengan sebaik dan seefisien mungkin untuk mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang akan dihadapkan pada posisi pengambilan keputusan. Begitupun yang terjadi pada kalangan petani dalam penentuan pilihan pemanfaatan sumber daya alam agar bisa menjadi nilai ekonomi untuk penunjang hidup. Hal yang demikian juga terjadi dikalangan petani yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar dalam menentukan pilihan untuk mengolah sumber daya alam yang ada, selain itu tentunya akan dipengaruhi oleh berbagi faktor untuk dapat memulai sebuah usaha dalam mengolah sumber daya pertanian. Usaha peningkatan pertanian jeruk di Kabupaten Kepulauan Selayar tidak terlepas dari program pemerintah dalam usaha menggalakkan kembali bidang budidaya hortikultura merupakan lampu hijau bagi para pengembang budidaya hortikultura nasional telah dinyalakan. Pimpinan Negara pada Sidang Ekonomi Keuangan dan Industri Terbatas pada awal November 1981, menandaskan sudah waktunya pertanian hortikultura memperoleh perhatian yang serius.
Sebab bukan saja hasil pertanian hortikultura ini dibutuhkan sebagai bahan makanan oleh masyarakat, namun dalam aspek produksinya melibatkan banyak kehidupan petani dan keluarganya di pelosok-pelosok pedesaan. Sekurang-kurangnya ada tiga persoalan pokok yang perlu ditelusuri dengan sungguh-sungguh jika dan hanya jika mau berbicara mengenai budidaya hortikultura di Indonesia. Artinya sekalipun pemerintah telah memberikan isyarat lewat kehendak politik yang cukup menggembirakan. Usaha untuk menggairahkan kembali budidaya hortikultura untuk produksi komoditi-komoditi seperti halnya tanaman jeruk yang dikembangkan di Kabupaten Kepulauan Selayar itu sendiri tidaklah semudah dengan yang kita duga sebelumnya. Ketiga masalah pelik yang diperkirakan akan menghadang usaha ini adalah mengenai aspek produksi, aspek pemasaran dan aspek sarana dan prasarana dalam peningkatannya itu sendiri terutama di bidang pertanian yang terkhusus ke komoditi jeruk. untuk meningkatkan hasil produksi jeruk, karena dengan adanya teknologi baru dapat mengubah pola pikir dan pola kerja petani yang masih cenderung bersifat tradisional Seperti halnya dalam penggunaan pupuk pada era 80-an secara keseluruhan para petani di Kabupaten Kepulauan Selayar masih menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk. Sementara pada era 90-an hingga sekarang petani mulai beralih ke pupuk kimia walupun belum sepenuhnya meninggalkan kebiasaan lama menggunakan hewan ternak sebagai pupuk. Teknik menyambung batang tanaman jeruk mulai diperkenalkan pada tahun 1998 ketka dimulainya proyek agribisnis jeruk yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar bersama dengan Jepang. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi.
Pertanaman jeruk tersebar di daratan pulau selayar terutama di Kecamatan Bontoharu, Bontomatene, dan Bontosikuyu Ada tiga kecamatan yang menjadi perhatian pemerintah untuk mengembangkan pertanian jeruk keprok Selayar. Salah satunya adalah Kecamatan Bontomatene dimana Batangmata Sapo menjadi salah satu kelurahan di kecamatan tersebut yang menjadi sentra pertanian jeruk yang ada di Daerah Selayar. Pertanian jeruk di Kelurahan Batangmata Sapo tidak hanya dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat setempat tanpa adanya campur tangan pemerintah daerah. Peran pemerintah dalam mengedukasi petani terkait dengan teknologi-teknologi baru ataupun metode bertani yang efektif dan efisien senantiasa diperlukan, guna membantu petani jeruk yang ada di Selayar menjadi lebih produktif dari tahun ke tahun.
Upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk melestarikan jeruk keprok selayar dapat berupa upaya jangka pendek dan jangka panjang. Upaya jangka pendek meliputi pengawasan secara ketat terhadap bibit jeruk dari luar daerah atau pelarangan memasukkan bibit dari daerah lain, pengadaan bibit setempat, eradikasi terhadap tanaman yang terserang CVPD, serta perakitan teknologi spesifik lokasi khususnya teknologi pengendalian penyakit blendok dan busa. Upaya jangka panjang berupa pembuatan kebun plasma nutfah dan budi daya jeruk sehat. Pengendalian penyakit dengan target mengembalikan posisi Selayar sebagai sentra jeruk di Indonesia telah diprogramkan melalui penggunaan bibit jeruk bebas penyakit, pengendalian terpadu serangga vektor D. Citri, serta memfungsikan sistem alur dan mekanisme penyebaran bibit jeruk bebas penyakit.Jeruk memberikan banyak sekali perubahan-perubahan interaksi sosial yang terjadi di dalam masyaraakat itu sendiri, jeruk tidak hanya menjanjikan secara ekonomi tetapi juga berdampak terhadap hubungaan masyarakat setempat. Pertanian jeruk keprok Selayar dalam perkembangannya juga berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Selayar. Hal ini dapat dilihat dengan adanya susunan status dan peran sosial yang muncul ditengah-tengah masyarakat.