Selayarnews-Pakaian adat sebagai identitas masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar belakangan ini menjadi pembicaraan hangat jagat maya. Pasalnya pakaian adat Selayar disinyalir merupakan hasil adopsi dari budaya luar.
Pemerhati kebudayaan Selayar, Amrang Amir menyebut semua pakaian adat Selayar merupakan adopsi dari luar, tetapi tidak menutup kemungkinan Selayar memiliki baju adat khasnya sendiri.
“Ini perlu kajian serius seperti baju tope dan baju randang sebagai busana adat Selayar sesuai teks-teks Abad ke-19. Atau pakaian Raja Gantarang Pangali Abad ke-16. Itu bisa jadi pakaian adat Selayar,” kata Amrang, Senin (26/9/2022).
Amrang menyebut pakaian adat seperti baju tope, baju randang dan busana Karaeng Pangali yang sering digunakan masyarakat Selayar jika tidak ditemukan di daerah lain, maka pakaian adat tersebut ialah milik masyarakat Selayar.
“Baju tope, baju randang dan busana Karaeng Pangali tentu saja pakaian adat. Nah, jika benar itu tidak ada di daerah lain, berarti fix punya Selayar,” ujarnya.
Lebih lanjut Amrang menyampaikan bahwa Selayar pernah menjadi produsen tekstil terkemuka di kawasan Indonesia Timur. Hal ini dibuktikan dari berbagai peninggalan folklor (cerita rakyat), alat pengolah tekstil, catatan sejarah dan daftar perdagangan.
“Motif kain Selayar bahkan memengaruhi motif kain Kalincucu Ternate. Intinya ada sekian banyak bukti yang bisa kita ajukan bahwa Selayar pernah memproduksi tekstil,” tuturnya.
Pentingnya menggali kembali kebudayaan Selayar menurut Amrang diperlukan kerja sama semua pihak, termasuk pemerintah. Karena apabila hal ini ditanggalkan, maka identitas Selayar perlahan akan hilang.
“Identitas bisa hilang kalo kita tidak berproduksi, dalam hal apapun. Maka berproduksilah, berkreasilah. Pemerintah perlu membentuk tim penerjemah literatur asing tentang Selayar untuk menggali apa yg benar-benar khas Selayar,” tutupnya.